News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pelaku Industri Rokok Dituding Bohongi Publik Soal Perlindungan Petani Tembakau

Penulis: Valdy Arief
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Martam (63), petani tembakau melakukan perawatan tanaman tembakau Kalituri berusia empat bulan di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (9/9/2015). Harga tembakau kering di kawasan ini meningkat dari Rp 50.000 per kilogram menjadi Rp 60.000 per kilogram. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Koalisi Rakyat Bersatu, Heri Chaeriansyah menuding pelaku industri rokok di Indonesia menyebarkan kebohongan kepada masyarakat melalui pencitraan usahanya melakukan perlindungan petani tembakau dan menyumbang pendapatan besar kepada negara.

Menurut Heri, pendapat yang dilontarkan perusahaan rokok bahwa mereka melindungi petani tembakau merupakan kebohongan.

Saat ini, jelas Heri, perusahaan tembakau mengimpor 60 persen untuk kebutuhan produksinya.

"Dari data Badan Pusat Statistik jumlah impor tembakau yang mematikan petani meningkat dari tahun 2011," kata Heri Chaeriansyah pada konferensi pers bertajuk "Melawan Kebohongan Industri Rokok" di Kemang, Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Selain itu, jumlah data petani yang disebutkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berjumlah dua juta orang, berbeda dengan data dari Kementerian Pertanian yang menyebutkan jumlah petani tembakau hanya 533.411 orang.

"Jumlah itu juga semakin berkurang karena perusahaan rokok melakukan modernisasi, sehingga produksi menggunakan mesin," katanya.

Cukai rokok yang disebut perusahaan rokok berkontribusi pada pendapatan negara, menurut Sekjen organisasi masyarakat anti rokok ini, merupakan pendapat yang keliru.

"Cukai itu yang bayar bukan perusahaan rokok, tapi perokok. Di Indonesia perokok itu sebagiannya orang miskin," kata Heri.

Heri juga membantah pendapat yang menyebutkan gerakan melawan industri rokok dibiayai oleh pihak asing untuk mematikan industri dalam negeri.

"Perusahaan rokok di Indonesia itu hampir semuanya dikuasai asing, seperti Sampoerna yang dimiliki Philip Morris, jadi hasil keuntungan penjualan itu masuk ke kantong asing," kata Heri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini