TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Otot rupiah kembali mengendur di akhir pekan ini, Jumat (16/10).
Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah berada di level Rp 13.550 per dollar AS atau melemah 0,98 persen dari sebelumnya Rp 13.418 per dollar AS pukul 10.10 WIB.
Setali dua uang, mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah di level Rp 13.534 per dollar AS atau melemah 1,85 persen dari sebelumnya Rp 13.288 per dollar AS.
"Kenaikan inflasi inti Amerika Serikat bulan September menjadi 1,9 persen 'year on year' membangkitkan sentimen dollar AS sehingga bergerak menguat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dikutip dari Antara.
Ia menambahkan bahwa Survei Manufaktur Empire State Oktober 2015 yang diumumkan membaik juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kembalinya sentimen penguatan dollar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, diluncurkannya paket kebijakan ekonomi jilid IV serta optimisme pernyataan Bank Indonesia bahwa deflasi masih akan terus berlanjut pada Oktober 2015 dan adanya ruang menurunkan suku bunga acuan (BI rate), serta produk domestik bruto pada kuartal ketiga 2015 diprediksi naik ke 4,9 persen secara "year on year" diharapkan masih dapat menjaga sentimen positif di dalam negeri.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa laju inflasi inti Amerika Serikat yang naik kembali menghidupkan spekulasi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini sehingga nilai tukar rupiah di negara-negara berkembang kembali terdepresiasi terhadap dollar AS, termasuk rupiah.
"Data yang keluar menunjukkan kenaikan sebesar 0,2 persen pada indeks inflasi inti AS bulan September, level tersebut mendorong untuk kenaikan pada tingkat tahunan menjadi 1,9 persen dan mendorong inflasi mendekati target Federal Reserve sebesar 2 persen," paparnya.
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
15 Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 4 SD BAB 3 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban, Lihat Sekitar
Data inflasi yang optimis, lanjut dia, memberikan dukungan bagi dollar AS untuk kembali menguat yang sebelumnya telah tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat akhir-akhir ini, prospek kenaikan suku bunga Fed pada tahun ini juga kembali terbuka.(Yudho Winarto)