TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Setelah berkunjung ke Rotterdam, Belanda, giliran Singapura yang dikunjungi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Ia berangkat pada hari Senin (19/10/2015) untuk menyambangi kantor investasi milik Pemerintah Singapura, Temasek Holdings.
Di sana rencananya, Ahok--sapaan Basuki-- melihat Singapura dalam membangun pengelolaan air bersih, rumah susun, dan transportasi.
“Pak Ahok ke kantor perusahaan Temasek mempelajari bagaimana membangun badan usaha milik pemerintah yang tumbuh dan berkembang kuat. Agar nantinya, BUMD Jakarta seperti PT JakPro bisa berkembang seperti Temasek,” kata Michael Sianipar, staf ahli Gubernur DKI, di Balai Kota.
Selain itu, Ahok juga bertemu dengan profesional muda yang bekerja di Singapura untuk kembali dan berkontribusi di Jakarta.
“Nanti Pak Ahok akan bertemu dengan komunitas warga Indonesia yang tinggal di Singapura. Dijadwalkan hari ini (Senin) pukul 19.30 di Kedutaan Besar Indonesia untuk Singapura di 7 Chatsworth Road,” kata Michael.
Sebelum berangkat, Ahok mengatakan, akan melakukan provokasi agar profesional Indonesia yang bekerja di Singapura untuk kembali ke Jakarta untuk mengembangkan penataan kota.
“Kami mau ketemu 50 orang, kami ingin sebenarnya memprovokasi profesional untuk balik ke sini. Misalnya pegang BUMD kami. Ternyata begitu dibuka, sejam saja sudah 500 (yang daftar). Harus diseleksi. Sudah nanti kami cari berapa orang, mau enggak mau saya harus berangkat,” kata Ahok.
Di Singapura, kata Ahok, juga akan mempelajari soal pembangunan, seperti konstruksi pembangunan light rail transit (LRT), pembangunan rumah susun, pengelolaan air bersih, rumah sakit dan wisatawan, reklamasi pantai, dan lainnya.
“Besok pagi (Selasa) kami kunjungan beberapa tempat, sarapan pagi dengan transportasi Singapore. Saya ingin contek Singapore pembangunannya itu. Lalu siang akan makan siang ketemu fund manager, perusahaan assessment-assesment. Saya mau sampaikan pada mereka sesuatu yang baru karena Pak Jokowi sudah keluarkan satu Keppres,” kata Ahok.
Menurut Ahok, perusahaan aset manajemen diminta membiayai proyek-proyek di Jakarta. Namun, jika merugi perusahaan enggan membiayainya. “Sekarang dia boleh biayai. Kami nanti beli balik APBN, APBD. Mungkin dengan cara seperti itu mereka akan tertarik,” katanya.
Kemudian, kata Ahok, bertemu dengan Temasek sambil membawa Jakpro dan Bank DKI. “Kami sudah pernah ketemu Islamic Development Bank (IDB). Jadi dalam pikiran saya, saya mau jualan. Saya bawa PT JakPro dan Bank DKI. Saya mau bentuk satu perusahaan BUMD, aset manajemen oleh Bank DKI dan JakPro,” katanya.
Harus jelas
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik mengatakan, apa yang akan dikerjasamakan antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Singapura. Dewan merasa tidak ada koordinasi apapun untuk kepergian Ahok ke Singapura.
“Itu kan bahasa halusnya menggaet pengusaha. Yang paling penting menurut saya, mesti jelas dulu apa yang mau dikerjasama dengan pihak luar. Misal pariwisata Pulau Seribu itu memamg harus dikelola swasta. Itu ada potensi. Untuk wisata Kepulauan Seribu menurut saya lebih cepat kalau dikelola swasta,” kata Taufik.
Menurut politisi Partai Gerindra tersebut, ia menyarankan agar investor Singapura menangani destinasi wisata bahari di Pulau Seribu.
“Masih ada 65 pulau yang tidak bertuan. Pulau itu ada 110, empat milik pemerintah pusat buat konservasi, 11 buat pemukiman, 30 sudah dikelola swasta. Masih ada 65. Ke-65 itu dibikin destinasi wisata laut yang modern yang bisa mengundang wisatawan asing masuk,” kata Taufik. (suf)