TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dalam dua bulan harus merogoh kocek sebesar 8 juta dolar atau Rp 104 miliar akibat force majeure atau bencana alam, seperti asap dan lainnya.
"Selama Agustus-September 2015 itu 8 juta dolar AS, sebagian besar memang karena asap. Dari 8 juta dolar AS itu, 6 juta dolar AS itu mengganti penumpang dan 2 juta dolar AS biaya lain yang harus kami tanggung," ujar Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Arif Wibowo, Jumat (23/10/2015).
Direktur Keuangan Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, kerugian yang mencapai 8 juta dolar AS itu untuk biaya kompensasi yang batal terbang, pembayaran pilot, awak kabin, makanan, hotel dan lain-lainnya.
"Penumpang ada yang menukar uang tiketnya dan ada menjadwalkan ulang," ucap Akshara di tempat yang sama.
Akshara berharap kejadian kebakaran hutan di Kalimantan, Sumatera, Timika dan lainnya segera teratasi, sehingga beban dari dana kompensasi dapat ditekan. "Mudah-mudahan tidak sebesar sekarang," katanya.
Hingga kini Garuda Indonesia Grup mengoperasi sebanyak 181 pesawat terdiri dari delapan pesawat Boeing 777-300ER, 22 pesawat Airbus A330-200/300, dua pesawat Boeing 747-400, 10 pesawat ATR72-600, 15 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen, 88 pesawat Boeing 737-300/500/800NG, dan 36 pesawat Airbus A320, dengan rata-rata usia pesawat 4,7 tahun.