TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (persero) saat ini membutuhkan anggaran Rp 200 triliun, untuk membangun transmisi dari proyek 35 ribu megawatt. Karena hal tersebut perusahaan BUMN yang mengurus kelistrikan akan mencari pinjaman dari mana saja
"Mau berapapun pinjaman akan habis, dan kita akan cari pinjaman itu," ujar Direktur Utama PT PLN (Persero), Sofyan Basir, di kantor Kementerian BUMN, Senin (26/10/2015).
Sofyan memaparkan suntikan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) hanya mampu untuk membangun transmisi di wilayah perbatasan. Hal itu juga merupakan permintaan Presiden Joko Widodo untuk menerangi daerah terluar di Indonesia.
"PMN Rp 10 triliun rata-rata untuk pulau-pulau terluar," ungkap Sofyan.
PLN pun menargetkan pembangunan transmisi 2015 4.717 km. Namun hingga September saja baru sampai 922 km. Menurut Sofyan pembangunan transmisi listrik berbeda-beda daya listrik tanpa melihat panjangnya.
"Ada yang 500 KV, ada 275 KV, kan sama Waskita kemarin 500 KV, terus 175 KV, terus 70 KV yang ke rumah-rumah dari kecamatan," ungkap Sofyan.
Hingga akhir tahun, Sofyan yakin target pembangunan transmisi bakal tercapai. Faktor kendala menurut mantan Direktur Utama Bank BRI adalah lahan, yang pada realisasinya meski sudah dibantu dengan UU no.2 tahun 2015 untuk pembebasan lahan 5 hektare, namun panjang transmisi hanya 600 meter.
"UU. no 2 itu untuk lahan di atas 5 ha, transmisi hanya 600 meter, nah itu yang sulit," kata Sofyan.
Sofyan menambahkan selama PLN mudah melakukan pembebasan lahan baik yang dilewati maupun yang dibeli tapaknya. Tujuannya agar pembangunan pembangkit listrik untuk proyek 35 ribu megawatt bisa selesai didapatkan lokasinya.