TRIBUNNEWS.COM -- Berfungsi sebagai pewangi teh dan parfum, melati gambir dianggap sebagai tanaman jenis melati paling istimewa. Usaha membudidayakan tanaman ini menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Tak heran jika pembudidaya tanaman ini bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah setiap bulan.
Sebagian orang pasti mengenal bunga melati. Selain memiliki aroma yang wangi, bunga melati juga mudah ditemui di banyak tempat. Namun, ternyata melati pun memiliki ciri dan varietas yang berbeda, salah satunya adalah melati gambir yang kerap digunakan untuk pewangi teh dan parfum.
Hal ini membuat peluang bisnis untuk mengembangkan melati gambir cukup terbuka. Seperti Alex Amsory yang memiliki usaha tanaman hias RGM Nursery di Bogor, Jawa Barat. Alex telah membudidayakan melati gambir sejak tahun 2012. “Budidaya melati gambir itu punya kelebihan dibanding melati pada umumnya, yaitu daunnya tidak mudah gugur,” ujarnya.
Menggunakan lahan seluas 30 meter persegi, Alex membudidayakan melati gambir dengan teknik tanam stek batang. Dia bilang, varietas yang sudah lama populer di Indonesia ini bisa diokulasi atau ditanam dengan cara sambung pohon. Penanamannya pun tak sulit, dan panen satu bulan bisa menghasilkan 3.000 pohon hingga 4.000 pohon melati gambir.
Alex pun menjual tanaman melati gambir sesuai ukurannya. Untuk ukuran pohon 15 cm sampai dengan 20 cm dibanderol Rp 2.250, sedangkan pohon ukuran 25 cm sampai 35 cm dibanderol Rp 3.500, pohon ukuran 40 cm hingga 60 cm dijual Rp 8.500 dan pohon ukuran 70 cm hingga 100 cm dijual Rp 13.500. Pembelinya beragam mulai, dari pedagang tanaman hias hingga pembeli yang koleksi tanaman hias dari Jakarta, Bandung hingga Bogor.
Dalam satu bulan, Alex mengatakan bisa menjual 3.000 pohon melati gambir. Jadi, dalam sebulan, Alex bisa meraup omzet antara Rp 10,5 juta sampai 25,5 juta. Dia bilang, laba bersih yang diperoleh dari bisnis ini sekitar 50% dari omzet per bulan. “Kadang omzet bisa 50% atau bahkan lebih,” ucap Alex kepada KONTAN.
Pembudidaya melati gambir lainnya adalah Harry Santoso asal Depok, yang telah membudidaya varietas dengan nama latin Jasminum officinale sejak tahun 2003. Meski awalnya berangkat dari hobi, dua bulan belakangan ini, ia mencoba peruntungan dengan meningkatkan hobi itu menjadi bisnis.
Harry menyebut melati gambir sebagai tanaman melati istimewa karena memiliki aroma yang lebih tajam dibandingkan jenis melati putih lainnya. Ia membudidayakan melati gambir di lahan seluas 800 meter persegi dan di media tanam polibag dengan rata-rata sebanyak 60 pohon.
Harry menjual sebanyak enam bibit sampai tujuh bibit setiap minggu. Bibit melati yang berusia tiga bulan atau sepanjang 30 cm, dijual seharga Rp 50.000–Rp 200.000. Dalam sebulan, dia mampu meraup omzet sekitar Rp 5 juta.
(Jane Aprilyani/Merlina M. Barbara)