Kesuksesan Lens, mendorong Zhou menjadi wanita miliarder di China. Kerja keras Zhou yang sempat menjalani masa-masa sulit, kini terbayar sudah. Dia boleh bangga, sebab saat ini, Lens tercatat mampu menghidupi kurang lebih 60.000 pegawai.
Sebagai catatan, pendapatan Lens Technology pada tahun 2014 membukukan pertumbuhan sebanyak 8,6 persen menjadi 2,3 miliar dollar AS. Sebagian besar pendapatan perusahaan merupakan kontribusi dari pemain smartphone terbesar, yakni Apple dan Samsung.
Mimpi Zhou tidak berhenti sampai di sini saja. Ke depan, Zhou menargetkan akan terus mengembangkan usaha dengan melakukan sejumlah diversifikasi pada bisnis Lens Technology. Selain itu, Lens juga akan mengembangkan beberapa teknologi terbaru dalam hal produksi layar sentuh dari aneka bahan.
Bekerja sejak belia
Di usia masih belia, Zhou Qunfei terpaksa harus bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh pabrik jam tangan. Kondisi serba sulit yang dialami sejak kecil diperburuk dengan kematian kedua orangtua Zhou.
Sebagai remaja berusia belasan tahun, Zhou harus rela banting tulang dari pagi hingga malam dengan mendapatkan upah hanya kurang daru 1 dollar AS per hari. Pengalaman pahit inilah yang kemudian membawanya menjadi miliarder.
Ada benarnya anggapan bahwa seluruh proses berat mendatangkan kebaikan di kemudian hari. Hal ini pula yang dialami Zhou Qunfei. Ditempa dalam kondisi ekonomi serba sulit sejak kecil, membuat pendiri dan CEO Lens Technology ini tidak bosan untuk terus belajar dan bekerja keras.
Sejak kecil, perempuan kelahiran tahun 1970 ini memiliki mimpi menjadi perancang busana. Namun jalan hidup berkata lain. Di umur 15 tahun, wanita kelahiran desa Xiangxiang, Provinsi Hunan ini harus keluar dari sekolah untuk membantu orangtuanya bekerja.
Padahal, seperti dikutip New York Times, salah satu gurunya, Zhong Xiobai bilang, Zhou merupakan anak pintar dan rajin dalam kelasnya. Zhou terpaksa bekerja di usia belia karena saat itu kedua orangtuanya sudah tiada.
Ibu Zhou meninggal ketika dirinya berumur 5 tahun. Sedangkan ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja pada saat Zhou menginjak sekolah menengah.
Bekerja di usia belia bukan lah hal yang mudah. Sebab, Zhou harus banting tulang mulai dari pukul 8.00 pagi sampai 12.00 malam dengan upah kurang dari 1 dollar AS saban hari. Jam kerja yang tidak manusiawi diperburuk dengan bidang pekerjaan yang tidak sesuai minat Zhou.
Kala itu, Zhou bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan aksesori jam tangan. Perlahan, kebutuhan untuk makan dan bertahan hidup memaksa Zhou mulai menikmati proses kerja dan mengetahui seluk beluk proses produksi jam tangan.
Seiring berjalannya waktu, Zhou semakin tertarik dengan proses produksi kaca jam tangan. Justru pengalaman bekerja sebagai buruh di Shenzen inilah yang membawa Zhou bertemu visi hidupnya di kemudian hari.
Ketertarikannya terhadap produksi jam tangan mendorongnya belajar dan mengasah keahlian dengan menempuh kursus di Universitas Shenzhen. Setelah lama bergelut dengan alur produksi jam tangan, akhirnya Zhou nekat menjajal peruntungan di bisnis pembuatan kaca jam tangan.