TRIBUNNEWS.COM -- Aktivitas para perempuan terus berkembang. Tidak hanya mengurus persoalan domestik keluarga saja seperti, mengurus rumah tangga, mendampingi suami, merawat anak, atau sebagai pengelola keluarga.
Kini, semakin banyak perempuan yang berkarya di luar rumah, bahkan mempunyai karir yang bagus di korporasi besar termasuk perusahaan teknologi kelas dunia.
Rini F. Hasbi Marketing Director, Intel Indonesia, menjelaskan bahwa Intel memiliki komitmen global untuk para perempuan di seluruh dunia, dan selalu berupaya untuk memberdayakan perempuan dan anak-anak perempuan dengan mempromosikan peluang kesetaraan gender agar mereka dapat berpartisipasi dan sukses dalam ekonomi global.
“Intel sebagai pemimpin dalam inovasi telah berada di garis depan dalam pemberdayaan perempuan di dunia. Terdapat 3 contoh perempuan cerdas yang dalam karir mereka menggunakan analisis data, alat dan kreativitas dalam dunia kombinasi antara teknik, pemasaran dan kewirausahaan untuk mengubah inovasi di Era Digital,” kata Rini.
Becky Brown
Perempuan pertama adalah Becky Brown, saat ini menjabat sebagai Vice President Global Marketing and Communications at Intel. Becky telah lama berkarir di perusahaan teknologi, termasuk selama 21 tahun di Intel.
Bertanggung jawab dalam hal pengalaman “pelanggan yang terhubung” untuk Intel, Becky lah yang mengatur dan menentukan anggaran senilai miliaran US Dollar yang dibenamkan untuk strategi dan investasi kegiatan digital marketing dan advertising.
Becky mengembangkan strategi media social yang menumbuhkan komunitas social Intel dari hanya sejumlah 60.000 orang dan kini telah mencapai lebih dari 50 jutaan orang di seluruh dunia, sebuah pencapaian yang telah diakui oleh Top Rank yang mencatatnya termasuk kedalam 50 Perempuan Berpengaruh di bidang Digital Marketing.
Menurut Becky, pemimpin yang baik harus cerdas dalam hal memotivasi orang lain, membuat mereka tahu tentang pekerjaan yang harus dilakukan, memberikan energi kepada mereka dan menginspirasi mereka untuk mengikuti rasa ingin tahu mereka, serta menghubungkan titik-titik sehingga mereka d apat meliha tgambaran yang lebih besar.
Gelar di bidang teknik industri yang dimilikinya, membantunya mengelola pekerjaan secara efektif melalui arus pergeseran, alur kerja dan efisiensi, yang kemudian diterapkan pada bidang pemasaran. Pendekatan ilmiahnya meluas untuk menggunakan analisis data untuk memandu pekerjaan. Dalam dunia digital, terdapat akses kebanyakan alisis dan data yang memberikan wawasan tentang apa yang diinginkan oleh pelanggan.
Monika Kochhar
Perempuan kedua adalah Monika Kochhar, adalah pemimpin dalam inovasi digital sebagai CEO dari SmartGift, perusahaan teknologi dalam pemberian hadiah secara digital untuk para retailer dan pemegang merek, yang merubah pengalaman konsumen dengan membuat pemberian hadiah menjad isangat pribadi dan fleksibel.
Meskipun Monika bertanggungjawab dalam hal menentukan visi dan strategi perusahaan, membuat kemitraan dan mengambi ltalenta baru, dia lebih melihat dirinya sebagai bagian dari proses kolektif, dan membandingkan proses mengatur sebuat tim dengan mengarahkan sebuah orchestra.
Sebelum mendirikan SmartGift, Monika juga mendirikan Guguchu, sebuah e-commerce dan platform marketing untuk label dan musisi indie yang kemudian diakuisisi oleh anak perusahaan Sony Music. Dia juga memberikan advise kepada startup e-commerce yang lain dan pernah berkarir sebagai trader di Wall Street selama tujuh tahun.
Di SmartGift, Monika berfokus pada jangka panjang, menggunakan data untuk mendorong peningkatan. SmartGift terus menguji setiap tahapan dari alur kerja, menjalankan survei pengguna, dan terlibat dalam fokus group bersama kelompok millennial, yang berada di jantung dari produk mereka. Hard data dan soft data keduanya sangat penting.
Prachi Gupta
Perempuan ketiga adalah Prachi Gupta, yang bergabung di LinkedIn pada tahun 2010 sebagai software engineer. Kini Prachi menjabat sebagai Director of Engineering, bertanggung jawab dalam hal roadmap teknis dan visi strategis untuk produk dari perusahaan dan kelompoknya. Prachi merasa kesuksesannya karena budaya LinkedIn dalam hal dukungan dan bimbingan kepada para perempuan.
Prachi menjelaskan bahwa tim eksekutif di LinkedInsangat sadar dan benar-benar peduli tentang membantu membangun karir.Tugas yang dilakukan Prachi adalah memastikansemua orang di timnya mengert i visi dan tujuan, memberikan mereka perangka tyang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan, dan membantu membuka hambatan jika diperlukan.
Program LinkedIn’s [in]cubator yang diinisiasi Prachi, memungkinkan karyawan untuk membentuk tim dan menawarkan ide-ide proyek kepada staf eksekutif. Tim dengan proyek yang menjanjikan akan mendapatkan waktu selama tiga bulan untuk pengembangan lebih lanjut. Sementara LinkedIn’s Women in Technology Initiative, yang jugadi inisiasi oleh Prachi memberikan kesempatan kepada perempuan di perusahaan teknologi berfungsi sebagai model panutan bagi anak dan perempuan muda.
“Menurut proyeksi saat ini, akan ada 1,2 juta pekerjaan terkait komputasi pada tahun 2022,mewakili banyak kesempatan bagi generasi berikutnya dari kaumperempuan. Perempuan yang tangguh akan datang ke seluruh industri. Waktu dan keadaan berubah," pungkasRini.