TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA. Kinerja reksadana saham masih memble sepanjang Januari 2016. Data Infovesta Utama menunjukkan, indeks rata-rata imbal hasil reksadana saham yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index minus 0,15%.
Padahal, pada periode yang sama, indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai acuan aset dasarnya membukukan kenaikan sekitar 0,5%.
Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana berpendapat, sebagian besar produk reksadana saham yang beredar tidak memiliki efek saham HMSP dengan bobot cukup besar. “HMSP itu hampir 10% IHSG. Januari 2016 HMSP naik cukup banyak,” imbuhnya.
Makanya rata-rata reksadana saham mencetak kinerja negatif di awal tahun, bahkan di bawah IHSG.
Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI-AM) Hanif Mantiq sepakat, rendahnya performa rata-rata reksadana saham disebabkan oleh mayoritas produk yang tidak memiliki efek saham HMSP.
Hanif menuturkan, pada Januari 2016, HMSP naik 10,1% dari semula 94.000 menjadi 103.500. “Padahal IHSG hanya naik 0,48%. Selain itu mungkin tidak punya TLKM yang naik dari 3.105 ke 3.340,” ujarnya.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjelaskan, sepanjang Januari 2016, pasar saham domestik memang tertekan akibat merosotnya harga minyak mentah hingga di bawah level US$ 30 per barel. Pasar juga khawatir terhadap perlambatan ekonomi China.(maggie Quesada sukiwan/kontan)