TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menepis anggapan keputusan Panasonic dan Toshiba menutup 3 pabriknya di Indonesia mencermikan lesunya kondisi industri elektronika di Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, berdasar data yang dia miliki, komitmen investasi yang ditandai dengan diterbitkannya izin prinsip, pada periode Januari 2016 ini mencapai Rp 530 milar atau tumbuh 85 persen dari periode yang sama bulan lalu sebesar Rp 286 miliar.
Menurut Franky, tumbuhnya komitmen investasi tersebut merupakan salah satu indikator bahwa kepercayaan investor sektor elektronik di Indonesia tetap tinggi.
"Komitmen ini merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk menunjukkan bahwa dari sisi iklim investasi dan minat sebenarnya masih tetap tinggi," kata Franky.
"Ini yang akan didorong untuk segera direalisasikan,” imbuh Franky dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Franky menambahkan, saat ini BKPM melakukan komunikasi dengan Panasonic dan Toshiba untuk mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Berdasarkan komunikasi awal diketahui, kedua perusahaan ingin melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan daya saing.
"Kebijakan pendukung yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing adalah ketersediaan gas dan penerapan SNI untuk produk yang dihasilkan,” ungkapnya.
Kata Franky, pemerintah selalu berusaha terbuka, diharapkan perusahaan dapat menyampaikan informasi apabila mereka menemui persoalan di lapangan agar dapat difasilitasi.
“Hingga saat ini belum ada pemberitahuan resmi kepada kami yang jelas kalau memang benar terjadi permasalahan, maka perusahaan dapat menyampaikan kepada kami sehingga dapat dicarikan solusinya,” imbuhnya.