TRIBUNNEWS,COM, JAKARTA- Saham konsumer menjadi penggerak indeks sepanjang tahun ini. Sejak awal bulan sektor ini sudah naik 11%. Kondisi ini karena sektor konsumer selalu dianggap sebagai sektor paling defensif.
Christian Saortua, analis Minna Padi Investama mengatakan saham konsumer akan tetap menjadi saham defensif. "Kita masih melihat sektor ini tipe defensif ketika uncertainty tinggi, konsumer cenderung lebih unggul," ungkapnya pada Senin (22/2) lalu.
Sentimen seperti produk domestik bruto (PDB) yang terus meningkat membantu konsumer menjadi lebih menarik. Chris mengharapkan sektor ini bisa lebih agresif.
Sentimen lain seperti harga minyak dampaknya masih kurang signifikan terhadap sektor ini. Penyebabnya diesel masih tertahan regulasi pemerintah.
Menurutnya sejauh ini sektor konsumer didukung industri rokok, seperti Gudang Garam (GGRM) sejak September 2015 sahamnya sudah naik signifikan. "Industri rokok mass product, jadi industrinya stabil menjadi defensif ketika ihsg kurang baik," jelasnya.
Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang kemarin turun 25 basis poin menjadi 7% membuat asumsi daya beli masyarakat meningkat. BI rate dapat menggerakan sektor ril, sektor ril yang membaik mendukung naiknya PDB dan daya beli masyarakat.
"Saham-saham sektor konsumer saat ini didukung industri rokok seperti HMSP dan GGRM yang masih menunjukan potensi bullish. Selain itu, Indofood (INDF) juga bisa menjadi pilihan," rekomendasinya.
Reporter: Rinaldi Mohamad Azka