TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) terus berupaya untuk mengatasi defisit listrik di Provinsi Lampung. Sebenarnya, sejak 2007 PLN berupaya membangun sistem interkoneksi kelistrikan antara Sumatera Selatan dengan Provinsi Lampung.
Namun hingga kontrak pembangunan di perbaharui pada 2012, PLN masih kesulitan menyelesaikan pembangunan tower transmisi.
Hal ini disebabkan karena belum adanya kerelaan pemilik lahan untuk membebaskan lahannya demi pembangunan tower transmisi penghubung aliran listrik dari Sumsel ke Lampung sepanjang 58,9 kilometer sirkit (kms).
Sebelumnya PLN telah melakukan upaya negosiasi dan rapat koordinasi dengan semua pihak terkait untuk pembebasan lahan tersebut. Namun hingga kini pemilik perusahaan perkebunan tersebut masih belum bersedia untuk membebaskan lahannya.
Sedianya lahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut akan dilewati sebanyak 87 tower tranmisi.
Bahkan survey bersama telah dilakukan antara PLN, perusahaan dan Instansi terkait untuk menentukan titik tower dengan perkiraan jalur berada di batas lahan perusahaan tersebut .
"Terus terang penyelesaian transmisi ini sangat tergantung dengan pembebasan lahan yang melintas di dua perusahaan tersebut," ujar Manajer Senior Agung Murdifi di Kantor PLN Pusat, Jumat (4/3/2016).
Agung menegaskan perseroan sudah setengah jalan dalam penyelesaian tower transmisi untuk system kelistrikan Sumsel-Lampung. Adanya transmisi tersebut, PLN yakin tidak akan ada mati lampu lagi di kedua wilayah tersebut.
"Jika nantinya semua tower transmisi bisa berdiri dan tersambung, pemadaman di lampung akan minim bahkan tidak terjadi lagi," tegas Agung.
Seperti diketahui sejatinya PLN berencana untuk menghubungkan sistem kelistrikan antara Sumsel dengan Lampung melalui jaringan Transmisi 150 kilo Volt ( kV) Seputih Banyak – Menggala yang dibangun di Provinsi Lampung. Sesuai perhitungan awal, pembangunan sistem interkoneksi Sumsel-Lampung itu memerlukan 179 tower yang harus terhubung dari Menggala ke Seputih Banyak.
Sampai saat ini PLN baru berhasil mendirikan 90 tower, dan pengerjaan pembangunan tower ini terpaksa berhenti untuk sementara.
Alasan utama, PLN belum berhasil membebaskan tanah yang dimiliki oleh beberapa perusahaan perkebunan.