TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kinerja grup usaha Rajawali masih lesu di awal tahun ini. Empat emiten yang bernaung di bawah Grup Rajawali menderita kerugian bersih selama kuartal I 2016.
Keempat emiten Grup Rajawali tersebut adalah PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) dan PT Fortune Indonesia Tbk (FORU).
Kerugian terbesar dialami BWPT, yakni Rp 67,56 miliar. Padahal di kuartal I 2015, BWPT masih mencatatkan laba bersih Rp 7,5 miliar.
Dari empat emiten Grup Rajawali, yang mencatatkan kinerja lumayan adalah SMMT.
Meski masih rugi, nilainya cenderung menurun. Pada kuartal I 2016, SMMT mencatatkan kerugian bersih Rp 4,2 miliar, atau menyusut 71,29% dibandingkan kerugian di kuartal I 2015.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, dari sektor bisnis milik Grup Rajawali, tampaknya sulit bagi grup konglomerasi itu untuk meraup keuntungan pada tahun ini.
Sebab, hampir semua sektor bisnis yang dijalani Grup Rajawali pada tahun ini lesu.
Prospeknya meredup pada tahun ini.
"BWPT masih tertekan harga komoditas, TAXI kalah bersaing, fundamental SMMT kurang baik. Tak jauh berbeda dengan FORU. Belum ada yang prospektif tahun ini, harapanmemang yang bakal berkembang di beberpaa tahun ke depan itu CPO," ujar Hans (4/5).
Dia memprediksi, BWPT baru bisa bertumbuh pada dua hingga tiga tahun lagi, sehingga Grup Rajawali harus lebih bersabar menunggu lini bisnis CPO-nya memanen untung. Yang jelas, produk CPO dan turunannya masih bisa diandalkan.
Berbeda dengan bisnis TAXI dan anak usaha lainnya yang diprediksi masih suram dalam beberapa tahun ke depan.
William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities, menambahkan, prospek sektor resource dan tambang belum terangkat sehingga SMMT belum bisa memberikan kontribusi positif. Yang lebih menyedihkan lagi adalah kinerja TAXI.
Di tengah persaingan ketat dan kehadiran taksi berbasis aplikasi, rasanya TAXI belum bisa tumbuh dalam beberapa waktu ke depan. Harapan datang dari BWPT.
Kendati di kuartal pertama masih merugi, kinerja produsen CPO ini diprediksi membaik dan mampu menutup tahun ini dengan untung.
Sebab, BWPT sudah melakukan penanaman agresif beberapa tahun lalu dan saat ini usia tanaman memasuki masa panen yang bisa membuat kinerjanya bertumbuh pada tahun ini.
"Kemungkinan BWPT ada perbaikan di kuartal kedua, peluang meraup untung bagi grup cuma di CPO karena sektor itu harganya cukup stabil dan produk turunannya dibutuhkan masyarakat," ujar William.
Tahun lalu, Grup Rajawali sempat ingin melego BWPT dan TAXI. William bilang, ini berarti grup melihat ada indikasi kelesuan pangsa pasar di kedua sektor tersebut.
Namun dia menilai, tahun ini BWPT masih bisa berkontribusi positif kepada induk usahanya. Sedangkan TAXI bakal menjadi beban induk dengan kinerja yang ngos-ngosan.
Reporter Andy Dwijayanto