News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cara Produksi Minyak yang Lebih Efisien Versi General Electric

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Direktur General Electric Oil dan Gas Indonesia Iwan Chandra dan General Manager General Electric Oil dan Gas Asia Pacific Visal Leng dalam diskusi Minyak dan Gas di Sentra Senayan II, Jakarta, Selasa (24/5/2016).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Terkait industri migas yang terpuruk akibat anjloknya harga minyak, General Electric (GE) mendorong penggunaan teknologi digital dalam mengembangkan industri energi yang hemat dan efisien.

"Industri migas sedang berada pada kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Visal Leng, General Manager GE Oil dan Gas Asia Pacific di Jakarta, Selasa (24/05/2016).

Visal Leng menilai, agar dapat bertahan, perusahaan minyak dan gas harus melakukan efisiensi di tengah rendahnya harga minyak, termasuk memangkas investasi untuk eksplorasi dan produksi minyak. 

Terkait itu, penggunaan alat-alat berteknologi tinggi bisa menjadi salah satu solusi bagi perusahaan-perusahaan minyak yang tengah berupaya menghemat biaya operasional dan produksinya.

"Perangkat teknologi Electric Submersible Pump (ESP) dari GE sebagai contoh alat yang dapat membuat biaya produksi minyak dan gas lebih hemat," ujar Presiden Direktur GE Oil and Gas Indonesia, Iwan Chandra.

ESP adalah alat dengan teknologi sensor yang dapat memonitor pompa angguk untuk menyedot minyak agar bekerja optimal.

Biasanya pompa angguk terus bergerak naik turun tanpa memperhatikan ketersediaan minyak yang dapat dihasilkan.

Dengan bantuan teknologi ESP, pompa angguk akan bergerak turun secara otomatis ketika ada minyak dalam jumlah cukup yang dapat diambil.

Kemudian bergerak naik menyedot minyak ke atas ketika minyak sudah cukup banyak.

Jadi pergerakannya sedikit, tidak menghabiskan banyak listrik, tetapi hasilnya maksimal.

Jadi pompa angguk hanya bergerak seperlunya dan membuat konsumsi listrik bisa turun hingga sepertiga dari biasanya.

Penggunaan solar untuk mesin diesel yang menghidupkan pompa angguk pun ikut berkurang drastis.

Dengan alat ESP ini, produksi di satu lapangan bisa naik tanpa harus mengebor sumur baru.

Menurut Iwan, biaya investasi untuk ESP tergolong kecil karena sangat murah bila dibandingkan dengan mengebor sumur baru.

Di Indonesia, teknologi ini belum diterapkan.

Namun, Pertamina berencana menggunakannya untuk salah satu blok di Sumatera Selatan.

"Saat ini belum dipakai di Indonesia, aplikasi pertama mungkin di Sumsel milik Pertamina," tuturnya.

Penulis: Pramdia Arhando Julianto

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini