TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan produksi migas akan mencapai 656 ribu barel setara minyak per hari (boepd) pada akhir tahun 2016.
Hal ini ditopang oleh pertumbuhan produksi di dalam dan luar negeri.
Proyeksi produksi migas Pertamina tersebut 8,1 persen tumbuhnya dibandingkan dengan realisasi pada 2015.
Tahun lalu, produksi migas Pertamina mencapai 606,7 ribu boepd.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengungkapkan produksi minyak perseroan tahun ini diperkirakan naik sebesar 12,5 persen menjadi 313 ribu bph.
Sedangkan realisasi produksi minyak tahun lalu sebanyak 278 ribu bph. Adapun, produksi gas akan naik sekitar 5 persen dari sebelumnya 1,90 bscfd menjadi 1,99 bscfd.
“Dengan proyeksi kenaikan tersebut, telah sejalan dengan target pertumbuhan produksi tahunan sesuai aspirasi Pertamina hingga 2025 yang kami targetkan sebesar 8 persen per tahun," ujar Syamsyu di Jakarta, Jumat (22/7/2016).
Syamsu menguraikan peningkatan produksi terjadi pada aset-aset di dalam dan luar negeri.
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
40 Soal Sumatif Bahasa Indonesia Kelas 4 UTS Semester 1 Kurikulum Merdeka 2023 Lengkap Kunci Jawaban
Dari dalam negeri pertumbuhan mencapai 9,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu dari semula 492,5 ribu boepd menjadi 539 ribu boepd.
Produksi migas Pertamina utamanya disokong oleh naiknya produksi Banyu Urip. Di tahun ini produksinya bisa mencapai sekitar 75 ribu boepd, sedangkan Produksi dari luar negeri naik sekitar 3 persen atau menjadi 117 ribu boepd.
"Kami sangat optimistis produksi migas Pertamina akan terus tumbuh sebagai bukti konkret komitmen perseroan untuk menjadi tulang punggung bagi ketahanan energi nasional," kata Syamsu.
Untuk semester kedua ini, Pertamina dapat tambahan produksi dari Proyek Pengembangan Gas Matindok sekitar 50 mmscfd.
Untuk luar negeri, tambahan minyak diharapkan dari Aljazair setelah melakukan penambahan fasilitas produksi, serta Irak yang sukses melakukan water injection, serta potensi dari aktivitas merger dan akuisisi.
"Jika berjalan lancar, kemungkinan produksi akan lebih tinggi lagi," papar Syamsu Alam.