TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kerugian pada semester I 2016 sebesar 63,2 juta dolar AS, atau sekitar Rp 821,6 miliar dengan patokan kurs Rp 13.000 per dolar AS.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan, sejak melakukan ekspansi bisnis pada awal tahun, perseroan mencatat pendapatan sebesar 1,76 miliar dolar AS.
Angka ini tau turun 4,1 persen jika dibandingkan pendapatan yang perseroan raih di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 1,84 miliar dolar AS.
"Garuda juga membukukan rugi bersih tahun berjalan (net loss year to date) sebesar 63,2 juta dolar AS. Menurun dibandin tahun lalu dengan pembukuan laba 29,3 juta dolar AS pada periode yang sama," tutur Arif dalam keterangan resminya, Jakarta, Senin (1/8/2016).
Menurut Arif, situasi perekonomian global yang belum kondusif pada periode semester I 2016, turut mempengaruhi kinerja perseroan.
Selain itu, terdapat persaingan yang ketat di industri penerbangan kawasan Asia-Pasifik yang mempengaruhi penerbangan domestik maupun internasional.
"Dinamika saat ini merupakan bagian dari tahapan investasi yang dilakukan sebelumnya, namun tetap dalam koridor yang diperhitungkan secara terukur," tuturnya.
Arif menjelaskan, pembelian pesawat baik untuk Garuda Indonesia dan Citilink pada tahun-tahun sebelumnya, merupakan bagian dari strategi bisnis peremajaan pesawat untuk jangka panjang.
"Manajemen sudah memprediksi dengan matang sebagai upaya meningkatkan daya saing Garuda Indonesia Group untuk bisa menjadi global player," kata Arif.