TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bergairahnya bursa saham. menyebabkan laju kinerja sejumlah produk reksadana kian menggiurkan.
Walaupun sepanjang tahun ini laju kinerja reksadana saham menduduki peringkat pertama, tapi dalam kurun tiga tahun terakhir yang menjadi jawara adalah reksadana campuran.
Reksadana campuran keluaran PT Ciptadana Asset Management, yakni Cipta Balance mencatatkan kinerja nomor wahid, dengan return 89,09 persen dalam kurun waktu tiga tahun.
Tak mengherankan, lantaran jenis produk ini mendapat sokongan dari pasar saham maupun obligasi yang tengah menanjak tajam belakangan.
Sementara pamor reksadana pendapatan tetap mulai merangsek naik di awal tahun 2016. Penyebabnya tak lain karena keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan tiga kali dalam tiga bulan pertama tahun 2016 ini.
Alhasil, pasar obligasi dalam negeri mulai menarik minat banyak pihak, termasuk manajer investasi.
Salah satu produk yang kecipratan kegemilangan reksadana pendapatan tetap adalah yang dipasarkan CIMB Principal Asset Management, yakni CIMB Principal Bond.
Kinerja produk ini menjadi terbaik kedua di kategori reksadana pendapatan tetap dengan return 49,48%.
Mengacu fund fact sheet per Juni 2016, mayoritas dana memang dialokasikan pada instrumen surat utang sebesar 98,76% dan efek lain 1,24%.
Lima besar efek dalam portofolio meliputi Surat Berharga Negara (SBN) seri FR0031, FR0035, FR0036, FR0043, serta sukuk negara seri PBS007.
Reksadana ini menyentuh return tertinggi pada April 2015 sebesar 7,1% dan return terendah pada Januari 2011 yakni minus 4,62%.
Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Ridwan Soetedja berujar, perusahaan sengaja memarkirkan dana pada SBN.
Sebab, di kala pasar surat utang domestik bullish, harga SBN akan menanjak lebih kencang ketimbang pergerakan harga obligasi korporasi.
Saat ini likuiditas SBN yang jauh lebih besar dibandingkan dengan obligasi korporasi.
Terlebih jenis instrumen ini bebas risiko, karena diluncurkan oleh pemerintah. Produk yang meluncur sejak 2 Oktober 2007 ini menggunakan bank kustodian Standard Chartered Bank. Adapun nilai dana kelolaannya sebesar Rp 969,54 miliar per Juni 2016.
Masih bullish
Ke depan, reksadana pendapatan tetap bisa tetap terbang tinggi. Mengingat pasar obligasi tengah memanas. Selain pemangkasan BI rate, kondisi nilai tukar rupiah yang stabil jadi penggerak utama.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo memproyeksikan, sepanjang tahun 2016, kinerja reksadana pendapatan tetap bisa mengukir hingga 12%-14%.
Di masa mendatang, pasar obligasi memang berpotensi melanjutkan tren bullish. "Setidaknya ada peluang BI rate turun minimal 25 bps lagi," tuturnya.
Dari jajaran reksadana saham, produk Simas Saham Unggulan milik PT Sinarmas Asset Management menjadi jawara.
Mengacu fund fact sheet per Juni 2016, racikan produk ini didominasi efek saham hingga 94,98%. Sisanya 5,02% berupa deposito perbankan dan giro.
Lima besar efek saham dalam produk ini di antaranya Bank Permata, Kresna Graha Investama, Puradelta Lestari, Telekomunikasi Indonesia, hingga Waskita Karya.
Jenis reksadana ini diprediksikan bakal sejalan dengan IHSG yang sedang melaju perkasa.
Reporter: Maggie Quesada Sukiwan