TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Niat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan melakukan holdingisasi antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk direspons pasar negatif dengan ditandainya penurunan saham PGN kemarin sebesar 90 poin.
Ekonom Drajad Wibowo mengatakan, ini merupakan suatu bentuk respons dari pasar jika penggodokan kebijakan holdingisasi ini belum matang namun sudah digembar-gemborkan ke sana kemari.
Sehingga, bukan saja respons negatif yang didapat dari pasar, namun juga sentimen negatif untuk Pertamina karena dikhawatirkan hanya akan mengharapkan 'rejeki nomplok' dari bergabungnya PGN, tanpa melihat dari sisi culture corporate-nya.
"Kebijakan ini terlalu cepat digembar gemborkan. Sedangkan dari segi penggodokannya ini masih mentah sekali. Bahkan ada yang menganggap Pertamina mungkin hanya menunggu rejeki nomplok dari saham PGN. Maka kita bisa lihat kan kemarin saham PGN turun," kata Drajad di Jakarta, Sabtu (13/8/2016).
Drajad memandang, jika ini memang sungguh-sungguh akan dilaksanakan oleh pemerintah, seharusnya bisa memberikan sentimen pasar yang positif dan membuat saham PGN menjadi hijau.
Ini, kata dia, menjadi pembelajaran yang harus difokuskan pemerintah. Karena jika terus-terusan responnya negatif, maka tidak akan bagus untuk proses holdingnya untuk ke depannya.
"Belum lagi, kita harus menghitung benefit secara rupiahnya di PGN, kemudian per-lini per-paketnya itu bagaimana, resikonya bagaimana, itu kajiannya belum ada," katanya.
Drajad mempertanyakan semua kesiapan ini lantaran, jangan hanya ke depannya ini hanya menjadi isu dan isapan jempol belaka yang malah membuat saham PGN menjadi semakin menurun karena sentimen pasar. Banyak sekali hal-hal yang seharusnya menajdi pertimbangan ketimbang harus terlebih dahulu mengekspose kabar ini ke permukaan.
"Contohnya, soal benturan culture corporate itu belum ada lho handlenya. Terus apakah nanti ada efisiensi pegawai? Pasti ada, dan itu harus betul-betul ada kebijakannya. Terus dari sisi segi potensi sinerginya nanti ke depannya gimana? Jangan cuma menguntungkan satu pihak saja," kata dia,
Menurut Pengamat Energi dan Mineral Universitas Indonesia Berly Martawardaya, sebetulnya kekhawatiran tersebut yang direspons pasar, sangat wajar, karena sejauh ini saham PGN selalu baik dan hanya turun ketika isu holding tersebut muncul ke permukaan.
Namun demikian, kemungkinan besar pasar merespon negatif lantaran arah kebijakannya belum kuat betul. Mereka masih menunggu dimana letak positif dan untungnya dari holding tersebut.