Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai wacana menaikkan harga rokok secara signifikan justru bermanfaat untuk masyarakat dan negara. Yakni, menurunkan tingkat konsumsi rokok di rumah tangga miskin.
Ini hal yang sangat logis, menurut Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi. Karena 70 persen konsumsi rokok justru menjerat rumah tangga miskin.
Mengutip data BPS, setiap tahunnya menujukkan bahwa pemicu kemiskinan di rumah tangga miskin adalah beras dan rokok.
"Dengan harga rokok mahal, keterjangkaun mereka terhadap rokok akan turun," ujarnya kepada Tribunnews.com, Senin (22/8/2016).
Selain itu menurutnya, dengan turunnya konsumsi rokok di rumah tangga miskin, hal itu akan berdampak positif terhadap kesejahteraan dan kesehatan mereka.
Karena budget untuk membeli rokok langsung bisa dikonversi untuk membeli bahan pangan.
"Selain berefek negatif, rokok tidak mempunyai kandungan kalori sama sekali," jelasnya.
Keuntungan bagi negara, jelasnya, harga rokok mahal akan meningkatkan pendapatan cukai, yang bisa meningkat 100% dari sekarang.
Harga rokok mahal selain berfungsi untuk memproteksi rumah tangga miskin, juga mengatrol pendapatan negara dari sisi cukai.
Apalagi saat ini cukai dan harga rokok di Indonesia tergolong terendah di dunia.
"Sudah seharusnya rokok dijual mahal, sebagai instrumen pembatasan, pengendalian," ujarnya.
"Di negara maju harga rokok lebih dari Rp 100 ribu," jelas Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau ini kepada Tribunnews.com.
Harga rokok mahal juga diyakini tidak akan membuat pabrik rokok bangkrut atau PHK buruh. Karena PHK buruh rokok karena pabrik melakukan mekanisasi, mengganti buruh dengan mesin.