News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kepemilikan Reksadana di SBN Bisa Bertambah Rp 12 Triliun

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CIMB Principal Bond merupakan salah satu produk reksadana pendapatan tetap yang banyak diminati investor. Reksadana ini dipasarkan oleh CIMB Principal Asset Management, yakni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Manajer investasi berpeluang terus mengakumulasi Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir tahun 2016.

Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 24 Agustus 2016, kepemilikan reksadana di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 79,1 triliun. Angka tersebut melambung 28,4% dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 61,6 triliun.

Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management memproyeksikan, hingga pengujung tahun 2016, kepemilikan reksadana di SBN berpeluang meningkat Rp 12 triliun lagi.

Amunisi utama masih berasal dari kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) untuk memperbesar investasi obligasi negara.

Apalagi pada akhir tahun 2017, porsi investasi SBN milik dana pensiun dan asuransi harus berkisar 20%-30%.

OJK mendorong lembaga dana pensiun dan asuransi untuk menggemukkan porsi investasi pada SBN menjadi 10%-30% pada akhir tahun 2016. Hal ini tercantum dalam POJK No 1/POJK.05/2016 yang meluncur awal tahun ini.

"Dari sisi pasokan bakal tetap memenuhi. Soalnya pemerintah berencana pre-funding untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 Rp 50 triliun pada akhir tahun 2016," tukasnya.

Namun, ada tantangan yang patut dicermati. Yakni rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang saat ini berkisar 0,25%-0,5%.

Jika The Fed belum merealisasikan rencananya pada pertemuan September 2016 mendatang, maka peluang kenaikan suku bunga selanjutnya jatuh pada rapat Desember 2016.

Jika The Fed baru mewujudkan rencananya pada pengujung tahun, Desmon menilai periode September 2016-Oktober 2016 merupakan momentum yang tepat bagi investor untuk berburu SBN.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menduga, membaiknya makro ekonomi dalam negeri akan memicu kenaikan porsi reksadana di SBN.

Mulai dari membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, terkendalinya inflasi, stabilitas rupiah, hingga peluang penurunan BI 7 day RRR yang saat ini di level 5,25%.

Desmon memprediksi, hingga akhir tahun 2016, yield FR0056 akan berkisar 6,5%-7,2%. Pada Kamis (25/8), yield FR0056 tercatat pada level 7,04%.

Reporter: Maggie Quesada Sukiwan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini