TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah investor dalam negeri, diam-diam meririk saham Bank Muamalat.
Mereka tertarik masuk menjadi pemegang saham bank syariah pertama di Indonesia tersebut.
Salah satu calon pembeli yang santer dikabarkan berminat mengakuisisi Bank Muamalat adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Bahkan, kabar yang sampai ke KONTAN, bank spesialis kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) itu sudah berbicara dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal keinginan masuk ke Bank Muamalat.
Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan OJK, Nelson Tampubolon mengakui bahwa BRI dan Bank Muamalat telah melakukan pembicaraan dengan OJK.
Namun pembicaraan itu masih sebatas pembicaraan informal.
“Semua ada pertimbangan bisnisnya. BRI nampaknya ingin serius masuk ke keuangan syariah,” ujar Nelson ke KONTAN, Kamis (25/8).
Jika BRI mengakuisisi Bank Muamalat, Nelson berharap, BRI bisa menggabungkan dengan BRI Syariah.
Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo belum mau berkomentar panjang soal ini.
“Kami belum bisa menjawab,” tandas Haru.
Hanya, manajemen Bank Muamalat tak menampik ada investor yang berminat masuk menjadi pemegang saham.
"Mereka (calon investor) menyatakan minat menjadi investor dan tengah mempelajarinya," kata Purnomo B. Soetadi, Direktur Retail Banking Bank Muamalat.
Sayang, dia tak mau menyebutkan investor nama calon investor.
Kementerian BUMN yang merupakan pemegang saham pengendali Bank BUMN menyatakan, BRI belum hingga kini belum mengajukan izin rencana akuisisi Muamalat.
Andai rencana itu benar, Asisten Deputi Keuangan I Kementerian BUMN Bandung Pardede bilang, akuisisi akan dilakukan pasca holding perbankan BUMN terbentuk akhir 2016.
Apalagi, kata Bandung, bank BUMN dalam kesepakatan terakhir dengan kementerian BUMN mengatakan proses aksi korporasi di anak usaha syariah dilakukan setelah akhir tahun atau setelah holding bank terbentuk.
Sejumlah investor seperti BRI, Bank Permata, Bank Mega, Standart Chartered Bank sempat ngebet masuk Muamalat di tahun 2011.
Namun, belakangan mundur lantaran harga yang kelewat mahal.
Rencana ini kini kembali mencuat lantaran Bank Muamalat membutuhkan tambahan modal untuk ekspansi bisnisnya. (Reporter Kontanm Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang)