Kondisi itu membuat setidaknya 250 ribu mitra driver sudah memiliki akses ke produk keuangan yang lebih baik.
Nantinya, mitra driver itu juga bisa menggunakan GO-PAY layaknya menggunakan kartu kredit sehingga mengurangi transaksi tunai.
Saat ini, GO-JEK sudah bekerja sama dengan enam bank di Indonesia khusus untuk top-up GO-PAY dan masih akan berlanjut dan terbuka bagi bank lainnya.
Kerja sama itu juga bisa dimanfaatkan oleh para driver untuk membuka akun rekening sehingga bisa mengakses berbagai layanan perbankan, termasuk program cicilan yang selama ini sulit untuk dijangkau.
“Hal itu sejalan dengan program pemerintah yang ingin meningkatkan program inklusi keuangan dan literasi keuangan di Indonesia,” kata Nadiem.
Sejak diluncurkan empat bulan lalu, Nadiem mengatakan pertumbuhan GO-PAY sangat tinggi.
Saat ini layanan keuangan berupa dompet digital itu sudah menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
“Bahkan, pertumbuhannya tiap pekan lebih tinggi dari pertumbuhan GO-JEK sendiri,” ujar lulusan Harvard University tersebut.
Presiden Joko Widodo mengatakan saat ini tingkat pemahaman masyarakat terhadap literasi keuangan di Indonesia masih sangat rendah. Saat ini, hanya 21% penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori melek literasi keuangan.
Kondisi itu masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Presiden mengatakan, persentase tingkat kepahaman literasi keuangan di Singapura mencapai 96%, Malaysia 88%, dan Thailand 76%.
“Karena itu, pemerintah terus mendorong agar masyarakat, terutama anak muda untuk berpartisipasi dalam peningkatan inklusi keuangan,” kata Jokowi.
Presiden berpendapat, inklusi keuangan merupakan salah satu cara ampuh untuk mengurangi kesenjangan pendapat di Indonesia.
Sebab, makin banyak akses finansial yang ada di masyarakat, maka makin rendah tingkat kesenjangan karena seimbangnya akses yang dimiliki.
“Karena inklusi keuangan itu juga memanfaatkan teknologi sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang,” jelas Presiden Republik Indonesia.