TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Kondisi kelistrikan Indonesia sangat menyedihkan. Menurut Anggota Komisi VII DPR Kurtubi, hal itu terlihat dari kapasitas pembangkit listrik nasional yang sangat rendah.
Konsumsi listrik di Indonesia masih lima kali lipat dibanding Malaysia.
"Pendapatan per kapita kita dengan Malaysia. Memeng pendapatan perkapita kita dengan mereka separuhnya, Malaysia USD8 ribu per kapita per tahun, kita USD4 ribu. Tapi kalau konsumsi listriknya perkapitanya Malaysia lima kali lipat dari kita."
"Kalau Vietnam income per kapitanya setengah dari kita tapi konsumsi listriknya dua kali dari kita," ujar Politikus NasDem ini ketika bersama Fraksi NasDem bertandang ke Redaksi Tribunnews.com, Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Dia menilai perlu ada perubahan tata kelola yang selama ini dinilainya keliru. Karena membangun listrik 35 ribu MW saja sudah kelimpungan.
Kata dia, yang dibutuhkan bangsa ini empat sampai lima kali dari kapasitas listrik yang ada saat ini.
"Sekarang ini kapasitasnya 60 ribu MW. 5 x 60.000 MW, bukan 35.000 MW yang harus kita punya," jelasnya.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak akan mampu meningkatkan kapasitas pembangkit listrik nasional, jika tidak mengubah tata kelola listrik di Indonesia.
Situs Presiden RI.go.id menyebutkan, Indonesia baru memiliki 53.585 MW kapasitas listrik.
Bandingkan dengan Tiongkok yang berpenduduk lima kali lipat dari Indonesia namun punya kapasitas 1,3 juta MW. Atau dengan Singapura yang berpenduduk 5,3 juta tapi mampu memproduksi 10.490 MW listrik.
Rasio elektrifikasi kita masih sebesar 81,5%, atau ada sekitar 40 juta penduduk yang belum tersentuh fasilitas listrik. Tidak hanya di wilayah pelosok, kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Kalimantan juga kerap mengalami defisit listrik.