TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri produk onderdil otomotif di segmen aftermarket, yang mengacu pada kebutuhan penggantian onderdil kendaraan pasca pembelian, memiliki peluang pertumbuhan yang demikian besar.
Apalagi lebih dari 11 juta kendaraan penumpang akan habis masa garansi perawatannya pada tahun 2020.
Ipsos Business Consulting, memproyeksikan terjadinya pertumbuhan populasi kendaraan yang habis masa garansinya hingga 9,7 persen per tahun sepanjang tahun 2015-2020.
Walaupun segmen produk aftermarket memberikan peluang baik bagi produsen lama maupun baru, namun bersamaan dengan itu juga terdapat sejumlah tantangan.
"Salah satu tantangan yang paling menonjol adalah pentingnya mengidentifikasi mitra distribusi yang paling tepat," kata Douglas Cassidy, Head of Consulting, Ipsos Consulting Indonesia di Jakarta, Rabu (22/9/2016).
Ia mengatakan pasar mobil bekas yang saat ini berkembang di Indonesia pun secara bertahap menjadi lebih canggih karena ketersediaan yang lebih besar akan pembiayaan yang fleksibel, saluran pemasar resmi dan terstandarisasi serta transparansi informasi yang lebih baik.
Kondisi ini membantu terjadinya pertumbuhan pasar yang pada gilirannya terjadi peningkatan permintaan produk- produk aftermarket.
"Konsumen lebih memilih membeli kendaraan bekas karena harga yang lebih murah dan terbatasnya ketersediaan dealer resmi mobil baru di wilayah mereka tinggal," katanya.
Masih berkaitan dengan hasil studi Ipsos, Brenda Karnadi, Consultant di Ipsos Consulting Indonesia menyampaikan, para produsen suku cadang otomotif akan terus bergantung pada peritel atau took onderdil untuk memastikan cakupan distribusi yang luas yang menjangkau konsumen.
Produsen suku cadang menghadapi tantangan utama dalam mengidentifikasi dan mengendalikan pihak distributor yang berkualifikasi dan memiliki akses luas ke saluran-saluran pemasaran tradisional seperti toko-toko onderdil dan bengkel-bengkel independen.
Meskipun banyak bengkel independen tidak resmi terus mendominasi pasar karena mampu menawarkan biaya yang lebih murah serta beragam layanan yang berstandar baik, bengkel-bengkel resmi (Branded workshops) mampu meraih popularitas karena kualitas layanan dan produk mereka yang lebih tinggi.
"Munculnya banyak bengkel bermerek memungkinkan produsen suku cadang memasarkan produk-produknya secara langsung ke gerai-gerai ritel bermerek daripada menjual produk-produk mereka melalui saluran penjualan tradisional yang terfragmentasi," katanya.
Ketersediaan yang demikian luas akan produk-produk onderdil yang handal dan orisinal (Genuine parts) pada banyak pemasar independen produk after market ini memunculkan persaingan tajam bagi para produsen suku cadang non- orisinal (Non-genuine parts).
“Non-genuine parts” umumnya mengacu pada produk-produk suku cadang yang diproduksi oleh produsen yang memasok para pemasar independen produk aftermarket sebagai produk substitusi pengganti suku cadang asli/orisinal yang digunakan oleh produsen kendaraan.
Sementara itu, di sisi konsumen, kurangnya pengetahuan konsumen tentang suku cadang kendaraan membuat mereka begitu bergantung pada pihak mekanik/montir dan rekomendasi OEM untuk memastikan perawatan yang mudah dan bebas repot bagi kendaraan mereka.
Implikasi terhadap pemain produk onderdil non-genuine adalah mereka mesti memberikan isentif terhadap pelanggan dan membedakan produk mereka dari onderdil genuine dari sisi harga, merek and strategi komunikasi terhadap para mekanik dan konsumen.