TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Praktisi pendidikan Syahrial Yusuf mengatakan bahwa lemahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia merupakan persoalan serius yang mendesak dan perlu dibenahi.
Menurut pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i), Syahrial Yusuf, salah satunya solusi adalah melalui akselerasi penerapan sertifikasi ketenagakerjaan.
"Lewat sertifikasi dan uji kompetensi ini dapat menjadikan pekerja lebih fokus dan memiliki bukti keahlian tertentu, apalagi kita sudah memasuki era global. Ini sangat penting untuk diterapakan. Kami siap memberikan kajian kami kepada Menteri Pendidikan," ujar Syahrial di Jakarta, Selasa (17/10/2016).
Syahrial meminta pemerintah untuk serius benahi kondisi tenaga kerja Indonesia. karena sebagian pihak dinilai produksi pengangguran terdidik di Indonesia.
“Kami khawatir bahwa kampus hanya akan memproduksi pengangguran intelektual. Untuk menuntaskan masalah ini, kami menerapkan sistem pedidikan yang nantinya bisa langsung diterapkan oleh mahasiswa jika sudah tamat. Namanya Link and Match, jika dia passionnya di bidang A, kami akan bantu kerucutkan, jadi langsung bisa aplikasikan ilmunya," papar nya.
Syahrial cukup kaget bila peringkat daya saing global Indonesia pada tahun 2016 anjlok 4 level menjadi peringkat 41 ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai peringkat ke-37 dan ironisnya lagi skornya sebesar 4.52 pun masih tak beranjak alias stagnan.
“Memang pemerintah telah banyak lakukan reformasi, hanya saja ada yang belum disentuh. Harusnya pemerintah memberi fokus lebih untuk alokasi perhatian soal kompetensi tenaga kerja. Apalah arti industri bila SDM kurang mempuni, ini bisa sebabkan kurangnya produktivitas,” ungkapnya.
Salah satu faktor penyebab terbesar dinilai Syahrial bersumber pada rendahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia. Tak cukup itu saja, fakta juga menunjukkan masih besarnya ketimpangan keahlian pekerja dengan industri kerja yang tak sesuai atau dengan kata lain lulusan perguruan tinggi.
"Banyak yang materi yang diajarkan tak sesuai dengan keterampilan yang ada pada industri terkait. Besaran aspek nilai efisiensi tenaga kerja Indonesia yang berperingkat 108 dari 138 negara yang di nilai, nyatanya masih tertinggal jauh dengan negara lainnya, bahkan negara se-level ASEAN pun kalah jauh, seperti Singapura peringkat 2, Malaysia di peringkat 24, Brunei ke 47, Vietnam ke 63, dan seterusnya," tuturnya.
LP3i juga memiliki fasilitas yang bernama Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang keberadaanya ada di bawah naungan resmi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat tersebut juga bisa dipakai ke tingkat internasional, sehingga tenaga kerja akan semakin kompetitif. Sertifikasi yang ditawarkan bermacam-macam, seperti Sertifikasi Komputer, Sertifikasi Akuntansi, dan sebagainya.
“Ini harapan kami untuk membenahi SDM dan pendidikan di Indonesia. Kami harap lewat sertifikasi dan uji kompetensi bisa menunjang ketersediaan tenaga kerja mempuni siap pakai,” tutup Syahrial yang sudah berkecimpung di dunia pendidikan selama 27 tahun