Namun, banyak kendala yang dihadapi. Misalnya, ada negara tertentu yang membatasi tonase maksimum truk. Ada juga pembatasan panjang maksimum truk semi-trailer yang boleh melintas," terang Mr Sok.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman yang mewakili pembicara dari Indonesia mengatakan, tantangan bisnis angkutan truk di Indonesia sama seperti di negara lain di ASEAN.
"Bisnis ini sangat fragmented, dikelola keluarga dan umumnya usahanya berskala kecil dan menengah," ungkap pemilik angkutan truk Lookman Djaja ini.
Dia menambahkan, truk yang beredar di Indonesia didominasi oleh truk kategori II dan umumnya mengangkut muatan yang bersifat point to point dan armada truk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera.
Karena jalanan banyak didera macet, dia juga menyebutkan utilisasi armada truk di Indonesia masih rendah. Yakni, rata-rata hanya 50.000 km per tahun.
"Di Thailand utilisasi truk sudah mencapai 120.000 km per tahun dan di Eropa 200.000 km per tahun," Kyatmaja membandingkan.
Untuk mengatasi kendala sumber daya manusia (SDM) pengemudi truk berkualifikasi bagus yang semakin sulit didapat di Indonesia, bersama sejumlah asosiasi logistik dan freight forwarding seperti ALFI dan ASDEKI melakukan kegiatan sertifikasi pengemudi.
Bekerja sama PT Telkom Indonesia, Aptrindo juga meluncurkan aplikasi SIAB (Sistem Informasi Angkutan Barang) untuk membuat database yang datanya sangat dibutuhkan saat truk membawa muatan di pelabuhan.