Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan pada November 2016 keenam perusahaan akan mengajukan dokumen penawaran kepada Chevron, termasuk program kerja dan harga. Setelah itu, proses berikutnya adalah evaluasi.
“Kemungkinan pemenang diumumkan akhir tahun ini atau awal 2017,” ujarnya.
Menurut dia, Kementerian ESDM hanya melakukan kontrol agar penjualan tersebut tidak lantas menurunkan produktivitas terhadap kedua asset PLTP Chevron. Dengan demikian, penjualan listrik ke PLN tetap stabil, baik sebelum maupun sesudah akuisisi.
Sementara itu, Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, menjelaskan Pertamina terus aktif dan berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi. Beberapa proyek sudah dapat diselesaikan tahun ini dan lebih cepat dari target.
“Untuk PLTP Chevron, tim kami sudah melakukan evaluasi sesuai dengan tahapan yang ditentukan dalam proses bidding,” kata dia.
Menurut Syamsu, jika Pertamina yang menang bidding, tentu akan terus di-maintain yang sekarang dan dikembangkan upside potential yang ada untuk menambah kapasitas.
“Kesiapan SDM saya kira tidak masalah. SDM yang mengelola aset di sana sudah sangat professional,” katanya.
Total kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE saat ini tercatat 457 MW.
Pasokan produksi listrik panas bumi tersebut berasal dari lima unit PLTP Kamojang dengan total kapasitas 235 MW di wilayah kerja panas (WKP) bumi Kamojang-Darajat, Jawa Barat.
Kemudian empat unit PLTP Lahendong berkapasitas 100 MW di WKP Lahendong, Sulawesi Utara, dan dua unit PLTP Ulubelu berkapasitas 110 MW di WKP Gunung Way Panas, Lampung serta PLTP Sibayak di WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung, Sumatera Utara berkapasitas 12 MW.