News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Amerika Serikat

AS Dipimpin Republiken yang Gemar Invasi, Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Donald Trump.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rakyat Amerika Serikat dalam pemilihan presiden memutuskan Donald Trump memenangi pesta demokrasi tersebut. Akan tetapi, tabiat Trump yang eksentrik dan kebijakan-kebijakannya yang dianggap banyak merugikan membuat keterpilihan Trump dipandang sebagai kabar buruk bagi banyak pihak.

Perekonomian merupakan salah satu sektor yang terpengaruh besar dari terpilihnya Trump. Kepala ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, mengatakan, kemenangan Trump berpengaruh terhadap pelemahan kurs dollar AS.

Ini menyebabkan, investor mencari safe haven lain untuk menempatkan dananya. Karena dollar AS melemah, maka aset safe haven pilihan yang muncul adalah emas.

"Kalau emas meningkat harganya, biasanya harga komoditas lainnya juga akan meningkat, bahan tambang lainnya juga ikut meningkat. Kalau tambang lain meningkat, maka tentu akan banyak membantu Indonesia karena kita punya kemampuan ekspor yang cukup besar," ujar Lana di Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Gemar invasi

Selain itu, Lana juga memperingatkan tentang hal yang harus dikhawatirkan. Ada kecenderungan presiden AS yang berasal dari Partai Republik beberapa kali melakukan invasi ke negara lain dan akhirnya membuat harga minyak mentah dunia naik.

Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas akan menguntungkan dalam jangka pendek. Namun, perlu diingat bahwa ketahanan energi Indonesia masih rendah, sementara konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tinggi.

"Harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Kalau harga BBM naik, tentunya inflasi kita naik. Kalau harga komoditas naik, itu akan diikuti harga komoditas pangan yang naik. Kalau itu naik, inflasi double attack, baik dari makanan maupun bahan bakar," kata Lana.

Kalau kondisi tersebut terjadi, maka bisa saja target pemerintah untuk menjaga inflasi pada kisaran 4 persen di tahun 2017 bisa tidak tercapai. Lana memprediksi, bisa saja target itu meleset dan inflasi berada di atas batas tersebut.

"Kalau harga minyak mentah ke arah 65 dollar AS per barrel, inflasi mungkin bisa ke arah 6,5 persen. Ini perlu kehati-hatian. Artinya, antisipasi ke inflasi ini harus bagaimana karena ada potensi tadi, terkait harga bahan makanan, BBM yang akan naik," ujar Lana. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini