TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan untuk mendongkrak perekonomian Indonesia.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa upaya pemerintah tidak hanya sebatas retorika.
Dari sisi investasi misalnya, peringkat kemudahan berusaha atau ease of doing business (EoDB) Indonesia mampu naik ke posisi 91.
Hal itu, kata Sri Mulyani, tidak terlepas dari keseriusan pemerintah menekan waktu inap barang di pelabuhan atau dwell time.
"Bicara soal dwell time, Presiden minta harus turun di bawah 4 hari. Saya sudah keliling dunia, enggak ada tuh Presiden (lain) yang betul-betul melototin (pelabuhan)," ujar acara Diskusi Ekonomi 0utlook 2017 di Jakarta, Kamis (17/11/2016) malam.
Sejumlah kepala negara kata perempuan yang kerap disapa Ani itu, memang menginginkan EoDB negaranya bisa naik.
Namun berdasarkan pengamatannya, Ani menilai para kepala negara tersebut tidak seperti Presiden Jokowi.
Menurut Ani, Presiden Jokowi sudah menunjukkan keseriusannya menurunkan dwell time.
Hal itu dilakukan lantaran Presiden menginginkan peringkat EoDB Indonesia naik ke posisi 40.
"Saya tahu Presiden Putin (Rusia) ingin ease doing bisnisnya turun, Prime Minister Modi (India) juga, tapi mereka enggak datang tuh nongkrongin ke pelabuhan, marah-marahin dan turun langsung," kata Ani.
Upaya yang dilakukan Presiden Jokowi itu tutur ia bukti bahwa pemerintah tidak hanya sebatas beretorika tanpa aksi nyata.
Ani juga menyebut ambisi pemerintah untuk mencapai target sangat jelas dengan upaya-upaya yang sistematis.
"Apakah ada proges atau tidak dan seluruh pondasi dari Pemerintahan Jokowi dampaknya enggak hari ini tapi medium term sangat penting bagi ekonomi kita," ucap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.