TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar seruan untuk menarik dana secara besar-besaran dari bank (rush money) dinilai tidak akan terjadi, mengingat kondisi perbankan saat ini dalam kondisi baik.
Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, rush money itu terjadi jika masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap perbankan, misalnya bank akan mengalami kebangkrutan.
"Bank mau bangkrut, masyarakat akan mengambil seluruh uangnya di ATM, jadi kepercayaan ke bank tidak ada," ujar Lana saat dihubungi, Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Menurut Lana, jika rush money tersebut terjadi maka pastinya perbankan di Tanah Air akan kekeringan likuiditas atau ketersediaan dana, yang akhirnya menimbulkan kepanikan di masyarakat.
"Dampaknya itu bank kurang likuiditas, masyarakat mengambil uang di ATM ternyata habis uangnya dan ini menjadi panik dan berbondong-bondong ke bank," tutur Lana.
Lana melihat, gerakan rush money cenderung dilakukan jika masyarakat sudah tidak percaya lagi ke perbankan dan bukan disebabkan kondisi politik.
"Situasi politik tidak bisa membawa rush money, ini hanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab saja (seruan rush money)," papar Lana.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai gerakan penarikan uang secara besar-besaran atau rush money pada 25 November 2016 memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar menyalurkan aspirasi.
Ajakan yang tersebar di media sosial itu seolah-olah bertujuan untuk menuntut proses hukum terhadap calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dianggap menistakan agama.
Namun, Sri Mulyani menegaskan bahwa saat ini kepolisian sudah memproses kasus tersebut dan Ahok pun sudah ditetapkan sebagai tersangka. Oleh karena itu, Sri meyakini bahwa gerakan rush money yang bisa merusak perekonomian ini memiliki target lain.
"Kalau merusak dan terutama merusak kepentingan masyarakat miskin, tentu itu sangat bertentangan erat dengan apa yang mereka mau tuju kan?" kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Sri Mulyani pun meminta masyarakat tidak terpengaruh dengan gerakan tersebut. Ia menegaskan bahwa stabilisasi dari sektor keuangan sangat berhubungan erat dengan upaya pemerintah menciptakan lapangan kerja hingga mengentaskan kemiskinan.
Jika masyarakat ramai-ramai menarik uangnya dari perbankan, maka dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian Indonesia.
"Saya tidak percaya bahwa masyarakat umum memang ingin membahayakan, terutama masyarakat kecil. Itu yang akan terkena lebih dulu apabila terjadi ketidakstabilan," kata dia.