TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Shell mengklaim produknya memberikan keuntungan bagi perusahaan tambang di Indonesia.
Shell Lubcricants Director-Indonesia Dian Andyasuri menyebut total penghematan yang dihasilkan perusahaan tambang di Tanah Air berkat produk Shell Lubcricants mencapai Rp 13,5 miliar per tahun.
Penghematan ini didapatkan oleh pelanggan Shell berkat gabungan antara pemakaian pelumas Shell dan pelayanan teknik Shell yang andal.
Alhasil, umur pelumas lebih lama, pengurangan pemborosan pemakaian pelumas dan usia komponen mesin bisa lebih panjang.
Dia menegaskan Shell Lubricants menawarkan solusi teknologi untuk membantu pelaku industri mengatasi tantangan pengurangan biaya operasional.
“Teknologi pelumas Shell memberi dampak signifikan kepada pelaku industri untuk meningkatkan efisiensi energi, meningkatkan usia mesin karena mampu melindungi peralatan industri dari korosi,”n katanya dalam keterangan tertulis.
Dian menambahkan kolaborasi antara Shell dan pelaku industri bakal menciptakan kinerja bisnis yang lebih baik.
Terkait dengan kehadiran pabrik Lubricants Oil Blending Plant (LOBP) Shell di Marunda, Dian terjadi kenaikan produksi lebih dari dua kali lipat.
Pabrik tersebut saat ini memproduksi tak kurang dari 99 jenis produk pelumas dan hampir 70% dari total produk pelumas Shell di Indonesia adalah “Buatan Indonesia”.
Di samping itu, mulai Oktober 2016, LOBP Marunda juga sudah memproduksi secara lokal pelumas kapal.
“Berdirinya pabrik pelumas Shell di Indonesia merupakan wujud komitmen Shell untuk terus berinvestasi dan maju bersama Indonesia,” terang Dian.
Keagresifan Shell ini diganjar dengan prestasi mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar global pada tahun 2015 dengan pangsa pasar sebesar 11,6%.
Informasi ini disampaikan Kline & Company dalam laporan bertajuk “Industri Pelumas Global: Analisa Pasar dan Kajian 2016”.
Ini adalah tahun ke sepuluh Shell Lubricants dinobatkan sebagai pemasok pelumas nomor satu dunia.
Kline & Company mencatat, angka penjualan produk pelumas Shell berkisar antara 4,400 – 4,600 kilo ton di tahun 2015.
Pelanggan otomotif mengambil porsi penyerapan sebesar 36%, industri 34% dan sektor otomotif komersial 30%.