"Makanya, jika China minat investasi di indonesia sebenarnya cukup bagus bagi Indonesia," ujarnya.
Meski secara volume ekspor masih di bawah Uni Eropa yang rata-rata menyerap 4,5 juta CPO Indonesia per tahun, tapi pasar ekspor China dinilai Sahat lebih seksi ketimbang Uni Eropa.
Pasar China tak terlalu banyak aturan dan tuntutan soal standardisasi, sehingga potensi peningkatannya cukup besar. Hanya pertumbuhan ekonomi China yang menghambat pembelian CPO lebih besar dari tahun sebelumnya.
Gamal Nasir, Pengamat Perkebunan menyebut ketertarikan China pada bisnis kelapa sawit di Indonesia sudah terendus sejak lama.
Namun hal ini tak kunjung terealisasi karena sejumlah faktor. Pertama, soal lahan.
Mantan Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) ini menyatakan, batas maksimal kepemilikan lahan kelapa sawit sebanyak 100.000 hektare (ha) per perusahaan sempat membuat China berpikir ulang untuk berinvestasi.
Apalagi, sejak 2015 lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan moratorium kebun sawit.
Kedua, faktor pekerja asing. Seperti diketahui dalam setiap investasinya, China kerap mensyaratkan peluang bagi warga negara mereka bekerja di negara tujuan investasi.
"Hal ini yang perlu diwaspadai pemerintah jika China jadi investasi," ujarnya.
Reporter: Tri Sulistiowati