TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi November 2016 sebesar 0,47%.
Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 0,14% dan lebih tinggi dari inflasi November 2015 yang tercatat sebesar 0,21%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, dengan perkembangan tersebut inflasi tahun kalender Januari-November 2016 sebesar 2,59% dan inflasi tahunan November 2016 sebesar 3,58%.
"Ini kalau diperhatikan masih di dalam interval, baik dari target Bank Indonesia maupun pemerintah," kata Sasmito saat konferensi pers di kantornya, Kamis (1/12/2016).
Lebih lanjut menurut Sasmito, berdasarkan tren inflasi bulanan, selama tiga bulan terakhir, yakni September, Oktober, dan November tahun ini lebih tinggi dibanding inflasi bulanan pada September, Oktober, dan November tahun lalu.
Namun demikian, inflasi tahunan di 2016 selalu lebih rendah dibanding inflasi tahunan di 2015.
"Mudah-mudahan ini bertahan terus sampai Desember karena biasanya periode inflasi tinggi," tambahnya.
Ia menjelaskan, andil terbesar inflasi tersebut berasal dari kelompok bahan makanan dengan andil sebesar 0,36% dan inflasi sebesar 1,66%.
Sasmito menyebut, sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi terutama pada cabai merah, cabai rawit, dan tomat.
Kelompok pengeluaran dengan andil inflasi terbesar kedua, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan andil sebesar 0,05% dan inflasi 0,25% terutama karena kenaikan harga rokok.
Disusul kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil 0,04% dan inflasi0,16%.
Berdasarkan komponennya, inflasi harga yang bergejolak tercatat sebesar 1,84% dan 9,14% YoY, inflasi inti tercatat sebesar 0,15% dan 3,07% YoY, dan inflasi harga yang diatur pemerintah tercatat sebesar 0,13% dan 0,09% YoY.
Reporter: Adinda Ade Mustami