Yang terjadi sekarang setelah selesainya perang dingin, Barat dan Timur bersatu dalam monopolar (satu pola pemikiran) tidak lagi bipolar yang bertentangan antara proletariat sosialis dan kapitalistik imperialis.
Bersatunya kedua kutub ini, menurut dia, disatukan oleh filsafat materialisme yang sesungguhnya merupakan induk dan akar yang sama dari dua kutub kapitalis dan proletariat.
Hasyim menyebut Tiongkok misalnya. Semula negara ini mendengungkan proletariatisme, sekarang meloncat menjadi investor-investor dan agresi ekonomi ke seluruh negara yang hampir mengalahkan Amerika sendiri.
Agresi Barat dan Timur yang besatu mencari sumber-sumber ekonomi dunia tentu menjadikan negara-negara yang berpotensi energi, tanah, dan air menjadi sasarannya, termasuk Indonesia.
Yang menjadi refleksi segenap elemen bangsa, ungkap Hasyim, dimana posisi Indonesia di dalam perebutan potensi ekonomi tersebut, dan ketahanan Indonesia sendiri sehingga Indonesia tetap milik Indonesia.
”Semoga Allah melindungi kita semua. Amin,” kata mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.