TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Harga cabai semakin meroket sehingga warga pun menjerit. Kenaikkan harga cabai itu bermula Rp 100 ribu per-kilogram dan kini melejit hingga Rp 150 ribu per-kilogramnnya.
Kenaikkan harga cabai, terjadi di salah satu pasar yang berlokasi, di Jalan Sindang Terusan, Rawa Badak Utara (RBU), Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yakni Pasar Rawa Badak. Helaan nafas, dan mengerinyitkan dahi nampak di wajah para pengunjung pasar itu.
"Gila banget bu sampai naik Rp 150 ribu per-kilo. Harganya dong jangan dinaik-naikkin. Susah nih pembeli," ucap salah satu wanita yang merupakan pengunjung Pasar Rawa Badak, terhadap salah satu pedagang cabai, Selasa (10/1/2017).
Suasana di Paar Rawa Badak terpantau sepi akan pembeli cabai. Bahkan, para pedagang cabai hanya cemberut sembari berharap kedatangan para pembeli.
"Saya beli cabai kemarin per-kilogramnya Rp 130 ribu. Harga Rp 130 ribu jujur saja terasa tercekik saya sebagai ibu rumah tangga. Masa, belum apa-apa sudah naik lagi menjadi Rp 150 ribu. Itu sih gila pak namanya. Mau cabai galah, merah, rawit, semuanya juga sama naik semuanya," ucap Yuyun (41), warga di Jalan Cipecang Kelurahan RBU.
Ketusnya Yuyun juga ditanggapi oleh salah seorang wanita, yang merupakan pedagang cabai di Pasar Rawa Badak, Haliman (40).
"Harga cabai rawit saja bu, itu sudah Rp 140 ribu per-kilogramnya dan di beberap lapak kecil di sini, malah ada yang menjual hingga Rp 150 ribu per-kilogram. Bukan salah di kita (Pedagang) nya ibu dan jangan marah-marah gitu dong. Kalau enggak bisa beli cabai mending ganti saja menu makanannya bu," ucap Halimah kepada Yuyun di lokasi.
Saat diwawancarai, Haliman mengatakan kondisi akan kenaikkan harga cabao, juga mengurangi pengambilan cabai yang di Pasar Induk Kramat Jati. Menurut Halimah, ia takut tidak laku dagangan cabainya, apabila mengambil terlalu banyak.
"Cabai rawit dari pasar induk Kramat Djati harganya sudah mahal pak. Saya kalau ngambil banyak, takutnya enggak laku," katanya di Pasar Rawa Badak.
Selama ia berdagang cabai selama belasan tahun di Pasar Rawa Badak, baru kali ini merasakan kenaikkan harga cabai yang saat ini terpantau terus meroket. Ia mengatakan, pasokan cabainya itu pun tidak terkendali.
"Saya juga heran dan enggak tahu, penyebab harganya jadi naik terus. Dari agen yang di Pasar Induk itu, bilangnya ada beberapa penyebab. Contohnya kayak petani cabainya gagal panen, cabai kosong stoknya, dan kondisi jalan yang macet," tuturnya.
Pedagang cabai lainnya, Harun (33) juga berpendapat sama. Pria berkumis tebal ini mengatakan, tidak tahu menahu apa penyebab pasti naiknya harga cabai.
"Enggak tahu saya pak, sudah dari sananya begitu. Petaninya itu mungkin yang gagal panen," ucapnya.
Salah seorang pengunjung pasar yang pembeli cabai rawit, Riska (33) mengatakan hanya bisa pasrah akan kenaikkan harga cabai. Ia juga mengatakan, membeli cabai hanya sanggup satu kilogram untuk dua-tiga hari.
"Harganya pak yang enggak masuk akal. Saya beli cabai saat ini, memang buat dua-tiga hari saja lah. Habisnya, mau masak apa di rumah kalau cabainya saja enggak ada. Orang rumah pun doyan pakai cabai semua. Naik tiga kali lipat harga cabainya, jujur kalau begini terus saya stop beli cabai. Naik Rp 50 ribu, malah naik lagi. Kan gila, ini ngecekik namanya," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sony Sumarsono mengatakan kenaikkan harga cabai diakibatkan akan curah hujan yang tinggi.
"Harga cabai naik ya karena cuaca. Lalu supply cabai masuk sini (Jakarta) hanya 40 ton saja. Harusnya 120 ton stadarnya. Hanya masuk 40 ton yang demikian pasti kurangnya pasokan. Sekiranya itu Menteri Perdagangan sekarang ini sedang mengusahakannya, agar menyuplai cabai-cabai yang dari daerah, yang supplynya itu berlebihan. Saya lihat harga sudah menurun lah. Curah hujan lah yang agak tinggi dan menjadi kurangnya pasokkan. Sehingga itu (cabai) harganya itu juga naik," paparnya di Pelabuhan Kaliadem, Penjaringan, Jakarta Utara. (Panji Baskhara Ramadhan)