TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kemtan) memastikan tahun ini akan memberlakukan kebijakan menutup impor jagung untuk industri pakan ternak.
Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari kebijakan pembatasan impor jagung yang dilakukan tahun lalu dan berhasil memangkas impor lebih dari separuhnya.
Optimisme Kemtan menutup keran impor tahun ini karena bakal ada pasokan produksi jagung sekitar 24 juta ton tahun ini.
Dengan kebutuhan jagung industri pakan ternak sekitar 8 juta ton, masuk akal jika impor jagung tak dibutuhkan lagi.
Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian menyatakan, bulan Maret-Mei tahun ini, bakal ada panen jagung sekitar 12 juta - 15 juta ton.
"Jumlah ini sebenarnya oversupply atau pasokan berlebih, sehingga kami meminta pengusaha pakan ternak untuk mengantisipasi dengan menyerap sebanyak-banyaknya," ujarnya, Rabu (18/1/2017).
Menurut Amran, tahun lalu, panen periode yang sama hanya menghasilkan 10 juta ton, sehingga tahun ini ada peningkatan produksi sekitar 20%-50%.
Wilayah yang akan menjadi lumbung jagung tahun ini adalah Gorontalo, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Menanggapi kebijakan penupan impor jagung tahun ini, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengklaim tengah membangun gudang penyimpanan tambahan serta mesin pengering atau dryer secara mandiri di beberapa lokasi untuk mengantisipasi adanya panen jagung dalam dua bulan ke depan.
Sekretaris Jenderal GPMT, Desianto Budi Utomo mengatakan bahwa kekhawatiran pengusaha pakan ternak atas penutupan impor ini adalah ketidaksiapan pengusaha menyerap pasokan jagung yang melimpah saat panen karena terbatasnya gudang penyimpanan perusahaan.
"Harga jagung petani akan jatuh pada panen mendatang karena pasokan jagung bakal berlimpah sedangkan kemampuan menyerap perusahaan pakan terbatas," ungkap Desianto.
Desianto bilang, tahun ini, kebutuhan jagung industri pakan ternak mencapai 700.000 ton per bulan atau 8,4 juta ton setahun.
Sedangkan kebutuhan jagung di luar industri pakan mencapai 1 juta ton per bulan atau 12 juta ton setahun. Dengan demikian, tahun ini, diperkirakan bakal ada surplus produksi sebanyak 3,6 juta ton jagung.
Butuh manajemen stok
Hanya saja, masalah yang harus dihadapi GPMT adalah soal manajemen stok. Pasalnya, panen jagung tak berlangsung tiap bulan dan jumlah tiap daerah produksi yang tak bisa diprediksi.
Selain itu, Desianto bilang, perusahaan pakan menginginkan jagung dengan kadar air maksimal 15% sehingga biaya pasca panen untuk pengeringan bisa diminimalisir.
Untuk menjaga stok jagung tetap tersedia, Kemtan akan memberdayakan Bulog sebagai penampungan kelebihan produksi jagung sepanjang tahun ini.
"Solusinya adalah kalau oversupply, Bulog sepakat turun tangan dan akan menyalurkan jagung untuk 41 perusahaan pakan ternak ketika membutuhkan," terang Amran.
Sekadar informasi, tahun lalu, GPMT masih meminta kuota impor jagung lewat Bulog sekitar 800.000 ton akibat mahalnya harga jagung lokal serta tak tersedia di pasaran.
Desianto memastikan jika prediksi jumlah produksi jagung dari Kemtan akurat dan manajemen stok bisa berjalan baik, maka tahun ini, GPMT tidak akan meminta izin impor jagung untuk mengisi stok kepada Kemtan.
Saat ini, harga jagung di tingkat petani sekitar Rp 3.100 per kilogram (kg), sedangkan harga di tingkat pabrik sekitar Rp 4.200 per kg. Pemerintah berharap harga ini tetap stabil sepanjang tahun ini.
Reporter: Elisabeth Adventa