TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi Satria Hamid, bukan cuma budaya menabung yang kudu ditanamkan ke anak-anaknya sejak dini, juga berinvestasi.
Tak heran, Corporate Communication General Manager PT Trans Retail Indonesia ini sudah mengenalkan konsep investasi ke tiga anaknya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Buat Satria, mengajarkan anak-anaknya berinvestasi sejak dini sangat penting. Ini juga jadi bagian dari melatih kemandirian dan pengembangan karakter mereka.
“Mulai sekolah dasar sudah bisa diajarkan, yang penting ada keterbukaan sehingga bisa lihat ketulusan dan potensi anak-anak kita,” kata ayah dari Daffalvie, Qaylila Humair, dan Darryl ini.
Sebelum mengenalkan investasi, Satria lebih dulu melatih ketiga buah hatinya menabung. Caranya, dia membuka rekening di bank untuk anak-anaknya.
Lalu, ia memasukkan uang jajan bulanan mereka ke tabungan itu. Lewat tabungan ini, anak-anak Satria termotivasi untuk menyisihkan sebagian uang jajan bulanannya.
Selanjutnya, Satria mempercayakan pengelolaan keuangan yang ada di tabungan kepada anak-anaknya.
Dengan begitu, ia berharap bisa mengajarkan mereka untuk peduli dengan kondisi keuangannya. Termasuk, anak-anaknya akan lebih bisa menghargai uang sekaligus proses pencarian duit.
Tentu, Satria tetap melakukan pendampingan. Biasanya dia dan sang istri bersama ketiga anaknya mengadakan komunikasi terbuka.
Ia menyebutnya sebagai family meeting. Pada kesempatan itu, Satria juga berbagi tip mengelola keuangan plus ilmu soal investasi.
“Saya harus mempersiapkan investasi anak-anak dari kecil, sehingga mereka kelak memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik,” ungkap lulusan SMAN 1 Budi Utomo Jakarta ini.
Satria bahkan sudah mengenalkan instrumen investasi kepada anaknya. Untuk tahap awal, ia mengikutsertakan anak-anaknya ke dalam produk asuransi berbalut investasi atawa unitlink.
“Saya cerita ke mereka, ini adalah unitlink dan ayah tiap bulan membayar sekian yang nanti uang itu akan berbiak,” ujar Satria.
Menghargai uang
Setuju. Menurut Risza Bambang, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, orangtua mengenalkan anak tentang investasi sejak dini penting, lantaran pelajaran keuangan tidak diajarkan di sekolah.
Padahal, keuangan adalah suatu hal fundamental bagi manusia untuk bertahan hidup.
Hanya, Risza menyatakan, mengajarkan anak berinvestasi baru bisa dimulai saat mereka sudah tahu fungsi dan nilai uang.
Lalu, anak juga telah menguasai ilmu berhitung pertambahan, pengurangan, perkalian, serta pembagian dengan jumlah yang cukup besar.
Freddy Pieloor, Perencana Keuangan MoneynLove Planning and Consulting, menambahkan, orangtua juga harus terlebih dahulu mengenalkan bagaimana menghargai uang karena untuk mendapatkannya tidak mudah.
“Tapi, sebaiknya pelajaran investasi ke anak dimulai dengan konsep menabung dulu,” imbuh Risza.
Orangtua bisa mengajarkan proses menabung melalui uang jajan anak.
Caranya, Risza menjelaskan, orangtua memberikan informasi sekaligus contoh bagaimana menggunakan uang jajan untuk membiayai jajanan atau makan siang anak di sekolah.
Mulai dari nilai yang harus dibayar hingga kembalian.
Lalu, orangtua mesti memberi pengertian ke anak-anaknya bahwa sisa uang jajan bisa ditabung untuk dikumpulkan sampai jangka waktu tertentu.
Sehingga, nilainya jadi besar dan cukup untuk membeli sesuatu yang diidamkan anak seperti mainan, meski masih dalam skala yang terjangkau.
Kebiasaan ini bisa membuat anak terinspirasi untuk memikirkan bagaimana caranya nilai uang bertambah banyak.
Dengan begitu, “Uang itu cukup membiayai sesuatu yang mereka idamkan atau kebutuhan yang lebih bernilai atau besar jumlahnya,” kata Risza.
Saat anak sudah cukup usia dan mandiri untuk diberikan uang jajan yang lebih besar, maka orangtua bisa mulai mengenalkan anak buat menabung di bank dan bukan lagi di celengan.
Dengan menabung di bank akan mendapatkan bunga yang bisa memperbesar nilai saldo, serta fasilitas tarik dana di mesin teller otomatis (ATM) untuk kepraktisan.
Setelah menabung, pelajaran berikutnya adalah mengelola arus kas.
Sebab, menurut Risza, biasanya akan timbul godaan manusiawi terhadap anak-anak untuk belanja gaya remaja yang bisa menghabiskan uang jajan mereka.
Nah, di sinilah perlu peran orangtua memberikan pemahaman soal keuntungan dan kerugian pengelolaan arus kas untuk menjaga disiplin menabung anak-anaknya.
Orangtua harus terus memupuk pengetahuan pengelolaan arus kas ini.
“Jangan bosan-bosan mengulangnya untuk setiap momen,” ujar Risza.
Misalnya, jika anak mendapat hadiah uang saat ulang tahun atau hari raya, orangtua mesti mengingatkan buah hatinya untuk menyisihkannya buat ditabung.
Kemudian, tambah Freddy, orangtua juga mesti menekankan kepada anak bahwa penggunaan uang tidak boleh melampaui yang mereka miliki.
Bukan cuma itu, orangtua harus memberi pemahaman soal perlunya menyisihkan uang untuk keadaan darurat seperti sakit dan dana masa tua.
Sesuai umur
Awalnya memang dari menabung, namun pelan-pelan orangtua harus menambahkan pengetahuan dan cara untuk mengembangkan tabungan ke anak-anaknya. Sehingga, nilai tabungan anak-anak mereka tidak drop digerus inflasi.
“Pemahaman yang lebih tinggi bisa dilakukan saat anak sudah SMA atau kuliah, dengan mengenalkan produk investasi yang lebih beragam dan untung ruginya produk itu,” saran Risza.
Orangtua juga perlu memberikan penjelasan bahwa hasil investasi bakal bermanfaat sebagai alat keuangan untuk membiayai kebutuhan di masa depan.
“Jadi, cara mengenalkan investasi bisa dengan membekali anak pengetahuan, mulai tabungan, arus kas, kemudian investasi,” tambah Risza.
Rakhmi Permatasari, Perencana Keuangan Safir Senduk dan Rekan, mengingatkan, sebelum melangkah ke pengenalan investasi sesungguhnya, anak harus betul-betul tamat memahami konsep menabung dahulu.
Jika belum paham, dikhawatirkan setelah besar si anak akan terbiasa jajan, menghabiskan uang, atau membeli barang apapun dengan cara kredit atawa mencicil.
Jangan lupa, untuk memberi penjelasan ke anak kalau investasi juga mengandung risiko kerugian.
“Yang diinginkan anak adalah mengerti bahwa dengan berusaha menahan uang dia bisa mendapatkan hasil yang lebih di masa depan, walau kemungkinan rugi juga tetap ada,” ujar Rakhmi.
Menurut Freddy, investasi yang diajarkan bisa berbeda-beda tergantung dari ketertarikan di anak. Mungkin dari SMP mereka bisa diajarkan bisnis untuk menambah uang saku.
Ini sesuai dengan hobi atau keinginan anak. “Orientasinya jangan cari uang tapi untuk menghargai uang,” kata dia.
Untuk produk investasi yang ada di pasaran, Freddy menuturkan, orangtua bisa mulai memperkenalkannya semenjak anak duduk di bangku SMP, misalnya, deposito perbankan. Saat SMA, perkenalan produk investasi berlanjut ke logam mulia atau emas dan reksadana.
Ketika sudah kuliah, baru pengenalan saham. “Perkenalan produk-produk investasi memang disesuaikan dengan umur anak,” kata Rakhmi.
Reporter: Francisca Bertha Vistika