TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Kesuksesan Nur Aini Madjid menjadi pemilik dan desainer butik Kebaya Laksmi yang juga bertindak sebagai Islamic Wedding Service, ternyata tidak semerta-merta ia raih.
Siapa sangka, butik penyedia jasa pembuatan gaun dan kebaya muslimah itu awalnya adalah butik kebaya bergaya seksi.
Wanita yang akrab disapa Nungki itu merintis usaha butik sejak duduk di bangku SMK di SMKN 6 Surabaya.
Nungki merupakan pewaris sekitar 20 mesin jahit milik ibunya yang dulu memiliki usaha konveksi, sehingga mau tidak mau ia harus menerjunkan diri dalam dunia fashion sesuai arahan orangtuanya.
Dua tahun pertama sekolah di SMK, Nungki masih merasa hampa dan tidak menemukan gairah untuk bersekolah karena sebenarnya ia ingin masuk SMA bukan SMK. Saat duduk di kelas 3 SMA kemudian kursus di sekolah fashion Bunka (kini Pison), mata Nungki baru terbuka dan ketertarikannya pada fashion mulai terbentuk.
"Saya mulai menerima jasa jahit untuk mengetes kemampuan diri sendiri," katanya.
Namun, sang guru di sekolah fashion menyarankan agar Nungki mengikuti kompetisi agar bisa melihat persaingan yang ada di dunia luar. Saat itu, ia langsung meraih juara 3 dalam lomba di salah satu mal di Surabaya.
Usaha yang mulai diseriusinya di bidang jahit dan pembuatan kebaya di bawah brand Kebaya Laksmi tidak lepas dari jatuh bangun.
Ia pernah merasakan jatuh paling parah pada tanggal 11-11-2011 karena kalap menerima semua pesanan kebaya untuk para calon pengantin yang mengejar pernikahan di tanggal cantik.
Alhasil, ia kurang memperhitungkan kapasitas produksi dan sempat hampir membuat pernikahan salah satu kliennya gagal.Setelah kejadian itu, ia mengistirahatkan usahanya selama satu minggu dan memulangkan semua karyawan dengan status tak pasti.
"Saya galau, apakah bisnis ini masih bisa dilanjutkan atau tidak karena saya justru rugi cukup banyak untuk membayar biaya lembur selama pembuatan kebaya pada karyawan," cerita wanita berhijab itu.
Ketika memutuskan untuk bertahan dan berhasil bangkit perlahan-lahan, Nungki mendapat lamaran menikah dari seorang pria yang ia temui dalam kegiatan komunitas.
Namun setelah menikah dengan Irham, sang suami, usahanya justru semakin menurun.
"Ketika itu saya benar-benar sudah menyerah, tapi suami saya menguatkan dan mencoba mencari solusi," katanya.
Sang suami mengatakan desain kebaya seksi Nungki yang saat itu menjadi basis butiknya, tidak cocok dengan penampilan islami Nungki.
Dari situ, Nungki mulai mengubah konsep desain dan basis butiknya menjadi kebaya muslimah yang saat itu belum terangkat. Tidak hanya bisnis, butik Kebaya Laksmi dengan konsep baru itu juga menjadi ladang dakwah bagi Nungki dan suami.
"Sejak itu ternyata Kebaya Laksmi berjalan lancar, saya juga bisa menambah karyawan dari tetangga-tetangga yang dulunya hanya buruh cuci," katanya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Saat ini, satu gaun kebaya muslimah desain Nungki dibanderol dengan harga mulai Rp 16 juta dan harga sewa mulai Rp 3 juta. Padahal awalnya ia memulai bisnis dengan menjual gaun seharga Rp 800 ribu.
"Kami terus mengedukasi para calon pengantin bahwa pernikahan syar'i itu bisa seru dan modern juga kok, tidak kolot," tutupnya kepada Surya. (Neneng Uswatun Hasanah)