TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut Tahun Ayam Api, investor yang mendekap saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memperoleh angpao besar.
Maklum, dalam tujuh bulan terakhir, harga saham BUMI naik hingga lebih dari 10 kali lipat.
Setelah terus-terusan reli, harga saham BUMI akhirnya menembus posisi Rp 500 per saham. Pada perdagangan hari ini, Jumat (27/1/2017) lalu, harga saham BUMI ditutup di posisi Rp 505 per saham.
Dengan begitu, saham BUMI kini memasuki kelompok harga saham Rp 500-Rp 2.000 per saham dengan fraksi harga Rp 5 per saham.
Bukan cuma harga yang naik tinggi. Transaksi saham BUMI juga meningkat drastis. Saban hari, nilai transaksi perdagangan saham BUMI mencapai ratusan miliar rupiah.
Jika dihitung selama sebulan terakhir, nilai transaksi perdagangan saham BUMI mencapai Rp 8,1 triliun. Tidak salah jika pelaku pasar menyebut saham BUMI kembali menyandang julukan saham sejuta umat.
Padahal, sejak Juli 2015 hingga Juni 2016, harga saham BUMI tiarap di harga Rp 50 per saham. Malah, di pasar negosiasi, saham bumi diperdagangkan dengan harga di bawah 50 perak. Perdagangan saham BUMI juga sepi sejak harganya terdampar di Rp 50 per saham. Dalam sehari, nilai trasaksi perdagangan saham BUMI hanya ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah.
Jauh-jauh hari sebelum anjlok di titik terendah, BUMI memang menjadi saham sejuta umat lantaran peminat bejibun.
Transaksi perdagangan saham BUMI tak pernah sepi. Sebelum merosot, harga saham BUMI pada lima tahun lalu masih di kisaran Rp 2.500 per saham.
Tentu, saham BUMI tidak anjlok begitu saja menjadi gocap tanpa alasan. Isu paling utama pada saat itu adalah beban utang yang begitu besar hingga membikin perusahaan kesulitan untuk membayar.
Ditambah lagi, harga batubara dunia terus menurun hingga mencapai titik terendah di kisaran US$ 41 per metrik ton pada Januari 2016.
Nah, arah angin mulai berbalik arah saat tren harga batubara kembali menguat. Pada saat hampir bersamaan, BUMI berhasil menyelesaikan proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Pada November tahun lalu, para kreditur BUMI telah menyepakati proposal perdamaian berupa konversi utang menjadi saham.
Melalui tukar guling itu, utang komersial BUMI senilai US$ 4,2 miliar akan berkurang menjadi US$ 1,6 miliar. Beban bunga utang BUMI juga akan berkurang lebih dari US$ 250 juta setiap tahun.