TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketidakpastian ekonomi dan politik di kawasan Eropa berhasil melambungkan kembali harga emas.
Senin (13/3/2017) per pukul 18.00 WIB, harga emas kontrak April di Commodity Exchange naik 0,49% jadi US$ 1.207,30 per ons troi. Namun, dalam sepekan terakhir harganya masih terkoreksi 0,97%.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, banyaknya agenda rapat beberapa bank sentral dunia membuat pelaku pasar khawatir.
Alhasil, pelaku pasar memilih masuk ke aset safe haven seperti emas.
Pelaku pasar juga waswas melihat perkembangan pemilu di Belanda, yang bakal berlangsung pada Rabu (15/3/2017) ini.
Pasar khawatir, Geert Wilders, calon perdana menteri dari Partai Kebebasan (PVV), yang dikenal anti imigran dan anti Uni Eropa, bakal memenangkan pemilu.
Kondisi politik di Eropa membuat pelaksanaan rapat FOMC pekan ini tidak terlalu mempengaruhi harga emas. Apalagi, pelaku pasar sudah mengantisipasi terkereknya Fed Rate sejak pekan lalu.
"Sementara, kondisi geopolitik di Eropa ini sulit diantisipasi," terang Deddy.
Tapi analis Global Kapital Investama Berjangka Alwi Assegaf menyatakan, rebound harga emas di awal pekan ini hanya bersifat sementara.
Kilau emas akan kembali pudar saat The Fed menaikkan suku bunganya.
Ekspektasi kenaikan suku bunga AS turut mendorong yield obligasi AS naik ke level 2,618% atau tertinggi sejak pertengahan Desember 2016.
"Dengan lebih tingginya yield obligasi terhadap inflasi, maka emas semakin tak menarik. Sebab, emas merupakan aset yang digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi," papar Alwi.
Kuartal II membaik
Meski ada potensi harga emas akan tertekan pasca kenaikan Fed funds rate, harga emas masih bisa menguat dalam jangka panjang. Apalagi harga emassudah jatuh ke level terendah dalam enam minggu saat optimisme kenaikan Fed funds rate merebak.
Selain itu, pelaku pasar juga masih mencemaskan pemilu Prancis dan Jerman. Beberapa kandidat mengusung tema kontroversial, serupa dengan Presiden AS Donald Trump.
Ketidakstabilan politik tak hanya terjadi di kawasan Eropa. Dari Asia, pelengseran Park Geun-hye dari kursi kepresidenan di Korea Selatan mendulang kekhawatiran.
Sentimen positif datang dari semakin dekatnya realisasi Brexit. Hal ini membuat emas punya amunisi untuk menguat.
Alwi memperkirakan emas baru menguat saat memasuki kuartal II-2017 dengan kisaran harga US$ 1.175-US$ 1.265 per ons troi.
Secara teknikal Deddy melihat sekarang ini emas masih bergulir dibawah garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200, yang mengindikasikan potensi pelemahan.
Begitu juga dengan indikator relative strength index (RSI) juga cenderung bergerak turun ke level 41.
Indikator moving average convergence divergence (MACD) pun telah berada di area negatif, sementara stochastic sudah berada di level 23. Semua indikator masih menunjukkan terjadinya pelemahan harga.
Hari ini Deddy memprediksi harga emas berpeluang melemah dan bergerak di rentang US$ 1.212,10-US$ 1.203,54 per ons troi.
Sedangkan Alwi memprediksi pergerakan emas sepekan ke depan akan berkisar di antara US$ 1.180-US$ 1.218 per ons troi.
Reporter: RR Putri Werdiningsih, Wuwun Nafsiah