News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dirut Garuda: Yang Perlu Diperbaiki Bukan Kinerja Keuangan, tapi Operasional

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat Garuda Indonesia di apron Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten.

TRIBUNNEWS.COM, CENGKARENG - Maskapai Garuda Indonesia menargetkan pertumbuhan positif kinerja keuangan perusahaan melalui optimalisasi armada yang dilakukan secara berkesinambungan, khususnya melalui utilisasi dan penurunan cost produksi perusahaan.

Dalam acara award presentation “TripAdvisor” di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, Jumat (16/6), Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan, optimalisasi armada menjadi salah satu prioritas perusahaan saat ini. Caranya yakni dengan meningkatkan penggunaan pesawat untuk melayani lebih banyak penumpang dan rute.

Baca: Dirut Garuda Bantah Ada Rencana Pembelian Airbus A350

Hingga hari ini pesawat berbadan lebar yang dioperasikan Garuda Indonesia adalah Airbus A330, Boeing 777, dan Boeing 747-400. Adapun hingga saat ini Garuda Indonesia belum memiliki rencana lebih lanjut untuk melakukan pembelian pesawat jenis tertentu khususnya untuk jenis pesawat berbadan besar.

"Adapun rencana penambahan pesawat akan dilakukan untuk Citilink, melalui rencana penambahaan pesawat Airbus, yang proses pengadaannya melalui Garuda” ujarnya.

Sementara itu, terkait dengan sorotan mengenai kinerja keuangan Garuda Indonesia, Pahala N Mansury menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kinerja keuangan Garuda Indonesia saat ini. Justru yang perlu diperbaiki adalah dari sisi operasional maskapai.

"Struktur keuangan Garuda Indonesia baik dan sehat. Jadi kami punya likuiditas yang masih baik, tingkat utang juga masih rendah untuk saat ini," ujar Pahala.

Pahala menyebutkan saat ini debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap kuitas masih di bawah 2,5 persen. Angka tersebut termasuk konservatif. Di industri perbankan, rasio DER yang bisa diterima tidak melampaui 3 persen.

"Debt to equity ratio Garuda di bawah 2,5 kali. Biasanya kalau di bank itu di bawah 3 kali. Kalau mau konservatif di bawah 2,5 kali. Dari sisi itu, Garuda tidak ada masalah. Yang justru diperlukan adalah perbaikan dari sisi operasional, yang juga berpengaruh terhadap kinerja keuangannya," lanjut dia.

Melalui fokus strategi bisnis jangka pendek perusahaan, Garuda Indonesia tengah melakukan sejumlah langkah strategis dalam meningkatkan kinerja operasional dan keuangan perusahaan.

Pertama mengoptimalkan biaya pesawat. Biayanya sekarang 30-35 persen dari total cost perusahaan. Dari sisi itu, kita seharusnya bisa mengoptimalkan pesawat-pesawat yang kami miliki. Utilisasinya harus ditingkatkan, atau opsi lainnya adalah menurunkan biaya tersebut. Ini yang memang harus dilakukan untuk optimalisasi pesawat. Sehingga biaya atau cost per seat itu lebih murah.

"Kedua melakukan peningkatan kualitas pelayanan kami. Dari pelayanan kabin memang sudah baik, tapi ini yang harus dijaga. Pelayanan dan produk itu harus premium dari produk airlines lain seperti ketepatan terbang termasuk package handling termasuk berapa banyak penumpang yang bisa menggunakan garbarata."

"Kami juga berencana merestrukturisasi rute dan network yang kami miliki. Ini dilakukan untuk memastikan agar rute-rute kami menguntungkan."

Pahala menambahkan, “Kemudian kita bisa memperbaiki channel penjualan tiket. Saat ini kami memiliki sejumlah channel digital hingga kanal penjualan konvensional Saat ini kami terus memaksimalakan akses dan platform fitur digital agar dapat terus menunjang upaya agresif perusahaan dalam melakukan penetrasi market."

Perusahaan juga tengah memaksimalkan revenue management system untuk menunjang upaya peningkatan pendapatan secara optimal. Upaya tersebut kami lakukan melalui peningkatan kapasitas rute dengan tingkat SLF yang tinggi.

“Hal lain yang juga akan lakukan adalah memaksimalkan network serta rute yang ada. Saat ini manajemen mengkaji ulang rute-rute yang tidak memberi keuntungan. Selanjutnya, rute-rute tersebut akan direstrukturisasi dengan mempertimbangkan aspek market opportunity dan kapasitas penerbangan,” tutur Pahala.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini