TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Teknik dan Sistem Manajemen PT Wijaya Karya Beton Tbk, Sidiq Purnomo mengatakan, teknologi yang digunakan dalam pembangunan simpang susun Semanggi merupakan salah satu contoh kemajuan dunia konstruksi Indonesia.
Metode pembangunan jembatan lingkar Semanggi menggunakan sistem beton pracetak segmental box girder dengan metode erection pengangkatan dengan lifter yang diperkuat dengan prestressed.
"Metode ini dilakukan dengan merangkai segmen-segmen box girder dengan memanfaatkan gaya-gaya prategang atau prestressing forces,' kata Sidiq Purnomo di Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Dengan teknologi ini, bisa didapatkan bentang panjang sampai dengan 80 meter tanpa kolom di bawahnya dan setiap box girder dicetak secara khusus dan presisi.
Baca: Seminggu Uji Coba, Simpang Susun Semanggi Dilintasi 50.000 Kendaraan per Hari
Setiap pemasangan box girder hanya membutuhkan 60 - 80 menit tanpa mengganggu arus lalu-lintas di bawah jembatan.
"Penggunaan teknologi pracetak ini dapat menghemat waktu pengerjaan proyek simpang susun Semanggi sehingga lebih berkualitas," katanya.
Dengan menggunakan teknologi jembatan terkini, proses pembangunan proyek bisa berjalan sangat cepat serta pembiayaannya bisa efisien.
Perencanaan awal, pembangunan simpang susun ditargetkan rampung dalam 540 hari atau sekitar 18 bulan.
Baca: Tanggapan Polisi Soal Habiburokhman Nyasar di Simpang Susun Semanggi
Namun pada akhirnya, pembangunan jembatan layang dengan total panjang mencapai 1,6 km ini hanya membutuhkan waktu 15 bulan.
"Efisiensi waktu dalam proses penyelesaian proyek simpang susun Semanggi bisa dilakukan karena menggunakan teknologi beton pracetak," katanya.
Untuk mengenalkan teknologi seperti ini, PT UBM Pameran Niaga Indonesia menggelar pameran serta konferensi industri beton dan konstruksi Concrete Show South East Asia (SEA) 2017 pada 13-16 September 2017 di Jakarta International Expo, Kemayoran.
"Pameran ini merupakan platform yang tepat bagi para pemain di industri beton dan konstruksi, baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara untuk memperluas jaringan dan mengembangkan bisnisnya," kata Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Christopher Eve.
Christopher Eve kembali menambahkan, peningkatan teknologi konstruksi harus terus dikembangkan agar percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia dapat tercapai dan akan mempercepat jalannya tingkat pertumbuhan perekonomian nasional.
“Hingga saat ini Concrete Show South East Asia telah diikuti oleh hampir 200 peserta dari 23 negara yang menampilkan produk, jasa dan teknologi di bidang beton pracetak dan prategang, produksi beton ready mix, dan alat-alat konstruksi lainnya," katanya.