Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN KERINCI – Mahyudin Pasaribu (43), warga Pelalawan mengisahkan pekerjaannya yang pernah menjadi penebang hutan liar (illegalloging) di kawasan Konsesi PT Riau Pulp and Paper (RAPP).
Namun kini pekerjaan itu tak lagi digelutinya usai menerima bantuan dari RAPP untuk mengembangkan usaha speedboat.
“Dari tahun 2005, awalnya kami illegal loging belum dilarang. Artinya kalau RAPP sebelum ada di sini, kami sudah di hutan ini. Sekarang ini Pelalawan sudah menjadi keluarahan, sungai Hulumpaya dan Sungai Bandar ini kalau orang bilang tempatnya masyarakat untuk cari nafkah dengan mengambil kayu, rotan, dan juga ikan,” ujar Mahyudin saat ditemui di area Tempat Pengambilan Kayu (TPK) di area konsesi PT RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau, Kamis (14/9/2017).
Perjalanan menuju area ini, memakan waktu sekitar 1 jam dari Pangkalan Kerinci, Riau dengan jalan berbatu dan berdebu. Sesekali tampak truk-truk besar bermuatan kayu melintas di tengah perjalanan menuju TPK.
Mahyudin menuturkan, hasil hutan yang dijualnya kepada tauke, istilah bagi pembeli saat sedang musim kayu, bisa berkisar Rp. 100 juta.
“Tapi kan itu baru bisa laku tiga bulan,” tambahnya. Mahyudin juga pernah ditangkap oleh BPSDA Riau lantaran menjadi penebang liar. Kayunya disita BPSDA. Ia mengaku mengambil hasil kayu berbatasan dengan PT RAPP.
Akhirnya, sejak peristiwa itu, Ia bertemu Flores, karyawan PT RAPP yang meminta membantunya menyediakan jasa pengangkutan hasil kayu PT RAPP di kawasan TPK.
“Saat itu saya lihat kan transportasinya pakai pompong, jadi saya bilang kalau begitu bagaimana Pak. Kalau itu kan connect, itu biasa dengan hari-hari kami. Kalau digunakan di sini alhamdulillah saling sinergi, saling membutuhkan. Kami butuh uangnya, mereka butuh jasanya,” tambahnya.
Pengusaha Speedboat
Mahyudin kemudian mendirikan CV Mitra Pelawan Setia yang menyediakan jasa bongkar muat hasil kayu hutan menggunakan speedboat di beberapa area TPK PT RAPP.
Baca: Visualisasi Kehidupan Pribadi Chrisye Lewat Vino G Bastian
Mahyudin mendapat bantuan sebesar Rp 100 juta dari PT RAPP untuk mengoperasikan 5 unit speedboat dan diberikan pelatihan mengenai administrasi dan keuangan.
“Berjalan lagi dengan waktu, kami bisa melayani, perusahaan terbuka untuk kita sejak 2012 kami jadi PT. Dari lima unit sekarang jadi 45 unit. Karyawan 47 orang, tiga orang untuk perawatan,” ujarnya.
Baca: Ada Pejabat Lain yang Diciduk KPK KPK Bareng Eddy Rumpoko
Omzet dalam satu bulan, bisa mencapai Rp. 250 juta. Ia pun bisa meraup keuntungan bersih Rp.50 juta perbulannya. Saat ini ia hampir CV yang dikelolanua menyediakan jasa angkut bibit kayu di semua area TPK di PT RAPP.
Hasil kerja kerasnya membuahkan hasil. Mahyudin mengaku sudah memiliki aset lima mobil, satu pribadi, empat lainnya digunakan untuk kendaraan operasional usahanya.