TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekonomian Tanah Air pada 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun ini, meskipun tahun depan terjadi pemilu.
Head of Intermediary Business, Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo, mengatakan perekonomian tahun depan akan lebih baik dari tahun ini karena adanya kampanye di tiga provinsi yang mewakili 40 persen populasi penduduk Indonesia.
"Tahun depan ada Pilkada Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, maka ada dana-dana kampanye yang berputar. Tiga daerah itu, 30 persen dari ekonomi Indonesia," papar Teddy di Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Selain adanya Pilkada, kata Teddy, 2018 merupakan satu tahun sebelum dilaksanakannya pemilihan presiden (Pilpres), dimana secara historis satu tahun sebelum dilaksanakan pemilihan ekonomi mengalami pertumbuhan.
"Konsumsi rumah tangga dan pemerintah itu akan naik, karena biasanya dana-dana dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur," tutur Teddy.
Untuk pertumbuhan ekonomi 2018, Teddy memilih berpandangan yang sama dengan Bank Indonesia yaitu di kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen.
Lebih lanjut dia mengatakan, tekanan ekonomi dalam negeri tahun depan akan lebih banyak disebabkan faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed dan pergantian para petinggi Bank Sentral Amerika Serikat.
"Kalau dari dalam negeri tidak ada yang mengkhawatirkan, utang kita rasionya paling rendah dari negara lain, ekspor-impor kita juga surplus, dan likuiditas perbankan juga cukup, hampir semua baik," paparnya.