TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Mahalnya tiket pesawat membuat pariwisata di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, kurang terdongkrak.
Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti menjelaskan ke Natuna bisa diakses dari Batam dan Tanjungpinang menggunakan transportasi udara hanya satu jam.
Menurut dia, pariwisata satu dari lima sektor yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo untuk memajukan Kabupaten Natuna sebagai kabupaten terdepan.
Ketimbang penerbangan ke wilayah lain yang jarak dan waktu tempuhnya lebih jauh, tiket ke Natuna lebih mahal. Sehingga wisatawan berpikir dua kali mengunjungi Natuna.
"Harga tiket pesawat dari Batam ke Natuna itu harganya lebih mahal dari Batam ke Bali," kata Yuni di Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (20/10/2017).
"Keinginan kita dengan instruksi Pak Jokowi penerbangan sipil salah satu tujuannya itu (tiket terjangkau)," ungkap Yuni.
Penerbangan ke Natuna sementara baru dilayani tiga maskapai yakni Wings Air dan Sri Wijaya Air dengan rute penerbangan dari Batam, sedangkan Ekspres dari Tanjung Pinang Riau.
Harga tiket tersebut, sambung Yuni, berkisar antara Rp 1,3 juta sampai Rp 1,9 juta.
Yuni mengungkapkan untuk pengembangan pariwisata di Natuna, pemerintah daerah memiliki konsep MEA (Marine, Ecology dan Archeology).
Dikatakan dia, Natuna memiliki potensi wisata bahari tak kalah indah di bandingkan provinsi lain.
Ia menyebut selain pantai berpasir putih, Natuna memiliki banyak spot penyelaman dengan kondisi air jernih, karang dangkal dan lainnya. Di Natuna juga ada banyak kapal karam yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.
Di Pulau Sedanau misalnya. Di sana ada tugu Kashmir tempat pesawat yang ditumpangi delegasi asal India jatuh. Juga karamnya kaal Djadayat yang pernah dinaiki Presiden Sukarno memantau pulau-pulau terdepan.
"Ratu Scuba juga pernah persentasi keunggulan air jernih Karang dangkal, kemudian beberapa biota. Di depan Pulau Senoa barakuda banyak," ucap Yuni.