TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sikap dari Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik yang mengeluhkan adanya kehilangan potensi pendapatan perseroan hingga Rp 19 triliun selama periode Januari-September 2017 dinilai tidak tepat.
"Keluhan yang disampaikan (Massa Manik) sangat tidak tepat. Hidup itu harus selalu optimis," ujar Anggota Komisi VII DPR Joko Purwanto dalam pernyataannya, Jumat(10/11/2017).
Joko mengatakan ketimbang Pertamina berkeluh kesah, alangkah baiknya mereka memikirkan cara untuk terus berbenah diri dan berkembang sebagai perusahaan kelas dunia yang sesungguhnya.
"Pertamina harus terus berbenah diri dan terus melakukan pengembangan kualitas produknya," ujar dia.
Senada dengan hal tersebut, Pengamat Energi Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa mengakui bahwa Pertamina memang harus segera memerbaiki kualitas dan mulai transparan soal harga BBM ini.
Pertamina pun, kata dia, juga harus mulai melakukan audit terkait dengan hilangnya pendapatan perseroan tersebut, agar masyarakat tahu bagaimana keadaan bisnis Pertamina yang sesungguhnya.
Sebelumnya, sejumlah kalangan seperti Direktur Eksekutif Center of Energy Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman dan Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Faby Tumiwa juga mengkritik keras kepemimpinan Massa Manik di Pertamina.
Yusri Usman berkomentar, manajemen Pertamina di bawah kendali Massa Manik saat ini dinilai kurang kreatif dan lebih banyak berkeluh kesah. "Bahkan dia (Massa Manik) cenderung terus menerus menyalahkan pemerintah."kata Yusri.
Faby Tumiwa pun menegaskan, Pertamina merupakan BUMN dan harus siap menerima penugasan dari pemerintah.
"Sebagai BUMN harus siap. Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia seharusnya dapat memperbaiki diri di beberapa sektor, seperti pelayanan SPBU dan peningkatan kualitas BBM. Hal itu, jauh lebih baik daripada mengeluh," tegas dia.