TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirut PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik didesak mundur.
Hal itu buntut dari adanya pernyataan yang menyebutkan bahwa Pertamina kehilangan pendapatan sebesar Rp 19 triliun karena tidak boleh menaikkan harga premium penugasan, solar bersubsidi dan minyak tanah, di tengah naiknya harga minyak dunia.
Anggota Komisi VI DPR Bambang H Soekartono mengatakan Elia Massa Manik dinilainya tidak punya kemampuan di bidang energi.
"Massa Manik jelas sangat tidak punya kemampuan di bidang energi," kata Bambang, Sabtu(26/11/2017).
Atas alasan itulah lanjut Bambang, Menteri BUMN Rini Soemarno mesti secepatnya mengganti Elia Massa Manik dengan orang yang lebih profesional dan paham soal entitas bisnis Pertamina.
Bambang pun membandingkan Pertamina di era Elia Massa Manik dengan kepemimpinan dirut sebelumnya, Dwi Soetjipto yang berhasil membawa menggondol keuntungan sebanyak USD 3 miliar atau sekitar Rp 40 triliun sepanjang tahun 2016.
"Anehnya sekarang(Elia Massa Manik) malah diberikan tanggung jawab untuk mengelola BUMN yang strategis seperti Pertamina, dan akhirnya terbukti gagal,"kata Bambang.
Pergantian dirut Pertamina dari Dwi Soetjipto ke Massa Manik jelas Bambang juga tidak sesuai bidang atau kompetensinya.
"Kapabilitas Manik jelas juga sangat kurang, kompetensi pun tidak ada. Kami berharap segera dilakukan pergantian dirut Pertamina secepatnya agar BUMN energi itu tidak semakin terjerembab," tegas dia.
Menurut Bambang, perlu juga dilakukan analisis secara mendalam soal hilangnya pendapatan sebesar Rp 19 triliun yang dialami Pertamina dari periode Januari - September 2017.
Hasil analisis tersebut, lanjut dia, nantinya harus menjadi acuan pemerintah tepatnya Kementerian BUMN untuk mempertimbangkan kembali posisi Massa Manik sebagai dirut.
"Pertamina merupakan satu-satunya penyedia energi di Indonesia. Hampir bisa dikatakan Pertamina ini monopoli dari sisi harga dan pasokan. Pertamina juga mendapatkan subsidi dari APBN, harusnya tidak boleh rugi," ujar dia.