Rata-rata agen di Indonesia melakukan 4 transaksi per hari, sedangkan agen-agen di daerah Jabodetabek mampu melakukan rata-rata 10 transaksi per hari.
Ekspansi jaringan Agen yang kurang ditambah dengan volume transaksi yang rendah menyebabkan profitabilitas agen menjadi rendah.
Penemuan selama survei, lebih dari seperempat agen di Indonesia (26%) justru mengalami kerugian atau bahkan tidak mampu mencapai break event point dari usahanya.
Meskipun tingkat profitabilitas mereka rendah akibat dari tingkat transaksi yang rendah, mayoritas agen (91%) menyatakan bahwa mereka optimis dan tetap berharap bahwa mereka bisa tetap menjadi agen jasa keuangan digital di masa yang akan datang.
Grace Retnowati, Direktur MicroSave Indonesia menyoroti signifikansi dari survei yang dilakukan oleh Helix ini.
Baca: BNI Tahun Ini Incar 2 Juta Orang Jadi Nasabah Laku Pandai
“Agen adalah tulang punggung dari keuangan inklusif digital sehingga sangat penting untuk membangun dan mendukung jaringan keagenan yang berkelanjutan," katanya di Jakarta, Senin (4/12/2017).
Ia meyakini temuan survei bisa membantu pembuat kebijakan dan para penyedia jasa keuangan digital untuk mengidentifikasi celah/kelemahan yang ada dengan menggunakan bukti yang terukur, sehingga membantu katalisasi jaringan keagenan di Indonesia.
Eko Ariantoro, Direktur Pengembangan Keuangan Inklusif dari Otoritas Jasa Keuangan memberikan apresiasi terhadap survei Akselerasi Jaringan Keagenan yang telah dilakukan oleh Helix – Institut of Digital Finance.
“Ini adalah survei pertama tentang Jaringan Keagenan di Indonesia yang memberikan wawasan terkait bisnis keagenan. Saya berharap perbankan dan pihak lain yang terkait dapat memanfaatkan hasil survei ini semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis keagenan yang berkelanjutan,” kata Eko.
Jaringan keagenan di Indonesia masih tergolong baru, namun sangat optimistik.
Dengan tantangan geografis yang tersebar secara kepulauan, dalam tiga tahun para penyedia jasa keuangan digital telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam membangun jaringan outlet-outlet agen yang ekstensif hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Tingkat kepemilikan yang tinggi dari telepon pintar (smartphone) dan literasi digital, ditambah dengan penawaran produk yang beragam serta dorongan terkini untuk mendigitisasi pembayaran bantuan sosial, jaringan keagenan di Indonesia telah menempati peran yang penting dalam meningkatkan inklusif keuangan digital.