TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Corporate Secretary PT Semen Indonesia Agung Wiharto menjelaskan kinerja BUMN semen yang menjadi anak usaha holding PT Semen Indonesia tidak pernah rugi. Dia membandingkan, sebelum terbentuk holding, di akhir tahun 70 an, kinerja Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa mengalami penurunan karena kalah bersaing dengan swasta.
"Kapastias produksi saat itu turun terus. Kalah cepat dengan swasta, karena pemerintah tidak punya modal untuk tambah pabrik," ujar Agung di Forum Merdeka Barat 9, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Agung memaparkan, sejak terbentuk BUMN holding PT Semen Indonesia, pertumbuhan konsumsi semen di atas 6 persen per tahun. Selain itu sektor konstruksi meningkat pesat, dengan laju sekitar 13,6 persen per tahun.
Baca: Andika Surachman Sampaikan Permintaan Maaf Terbuka
"Strategi usaha akan berkembang dari perusahaan daerah menjadi nasional dan memperkuat posisi perseoran dalam rangka memenangkan persaingan," kata Agung.
Agung menambahkan, kapasitas produksi holding BUMN Semen Indonesia kini meningkat drastis sejalan dengan efisiensi produksi. Agung mengklaim, di 2013, Semen Indonesia sudah tampil menjadi pemain utama di industri semen nasional dengan 106 juta ton kapasitas produksi per tahun dan menjadikannya sebagai grup perusahaan semen terbesar se-Asia Tenggara dari segi kapasitas produksi.