TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) sebelumnya dikabarkan memliki rencana untuk melakukan akuisisi tambang. Sasarannya bukan hanya tambang dalam negeri, tapi tak menutup kemungkinan tambang luar negeri.
Emil Ermindra, Direktur Keuangan TINS menampik isu ini. Pasalnya, di dalam negeri TINS masih menjadi perusahaan tambang timah dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) terbesar. "Wilayah IUP ini belum semua kami garap dan sumber dayanya atau bahkan cadangannya juga masih besar, khususnya yang non aluvial," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).
Mungkin, lanjut dia, yang dimaksud adalah penguatan ketersediaan dan penguasaan jumlah besar cadangan timah. Caranya, selain melakukan eksplorasi dalam negeri juga ekspansi keluar negeri.
Terbaru, ekspansi TINS ke Nigeria. TINS baru saja menandatangani perjanjian pembentukan joint venture (JV) bersama perusahaan setempat, Topwide Ventures Limited.
Setelah perjanjian ini, keduanya akan membentuk perusahaan JV awal 2018 dengan porsi kepemilikan 50:50. JV tersebut akan membangun pabrik untuk mengoptimalkan areal konsesi pertambangan seluas 16.000 hektar (ha) dan ditargetkan di tahap awal memiliki kapasitas produksi hingga 5.000 Mton ingot per tahun.
Manajemen belum bisa memberikan gambaran niai investasi untuk pabrik tersebut. Pasalnya, saat ini tahapnya masih dalam proses penentuan lokasi, teknologi dan kapasitas produksi. Perikraan awal, nilai investasi tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai pembangunan satu smelter.
"Yang jelas pembangunan smelter untuk logam timah tidak terlalu kompleks dan mahal," pungkas Emil.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: PT Timah bantah adanya rencana akuisisi